Rabu, 14 Maret 2012

yamaha vixion vs suzuki satria


Yamaha Vixion Vs Satria FU. Berbicara mengenai dunia otomotif motor terlebih bagi mereka yang suka kecepatan, disini saya akan sedikit membandingkan baik dari sisi kelebihan atau kekurangan dari motor Yamaha Vixion, Satria FU. Untuk pecinta motor cepat memang lebih disarankan memilih Satria FU karena kecepatan bisa mencapai 140 kpj, sementara pilihan untuk motor yang tidak terlalu cepat / kenceng dan lebih irit, Yamaha Vixion pilihan yang tepat.
Satria FU : satria Kelebihan Satria FU : DOHC, 4KLEP, 150CC, mesin disusun ke atas sama dengan motor Sport yang mesinnya disusun ke atas, 6 perseneling / kecepatan (1 ke bawah 5 ke atas).
Kekurangan Satria FU : Lumayan boros kira-kira untuk 1 Liter bensin / pertamax hanya 30 km , masih menggunakan Oil Cooled.
Yamaha Vixion : vixion Kelebihan Yamaha Vixion : Injeksi yang salah satu fungsinya dapat menyuplai BBM, selain itu tipe rangka Delta Box, menggunakan luquid cooled, kecepatan bisa mencapai 130 kpj, irit bensin / pertamax kira-kira untuk 1 liter bisa mencapai 40 km. Kekurangan Yamaha Vixion : Injeksi artinya untuk servis tidak bisa di asal bengkel alias harus di bengkel resmi yamaha, hanya ada 5 kecepatan (1 kebawah, 4 keatas), untuk mesih injeksi mesin akan mati bila kemiringan mencapai 45 derajat -60 derajat, sohc.
Itulah sedikit review mengenai kelebihan dan kekurangan motor “Vixion Vs FU”, jadi bingung pengin beli yang mana.

JENIS-JENIS CINTA


Banyak jenis cinta yang menjadi kazanah kehidupan. Dengan cinta manusia bisa hidup. Dengan cinta manusia bisa menjadi celaka. Maka manusia harus memahami hakekat cinta. Ada lima jenis cinta yang harus dibedakan, sehingga tidak timbul persepsi salah, yang akhirnya menyebabkan seseorang tersesat.
Pertama, cinta kepada Allah Azza Jalla. Cinta kepada Allah saja tidak cukupuntuk menyelamatkan seseorang dari siksa Allah dan mendapatkan pahala dari-Nya. Karena orang-orang musryik, penyembah Salib, Yahudi dan lainnya juga mencintai Allah.
Kedua, mencinai apa yang dicintai Allah Azza Wa Jalla. Jenis cinta inilah yang memasukkan seseorang ke dalam Islam dan mengeluarkannya dari kekafiran. Orang yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah orang yang paling kuat kecintaannya dalam hal hal ini.
Ketiga, kecintaan karena Allah dan di jalan Allah Azza Wa Jalla. Kecintaan ini merupakan syarat dari kecintaan kepada apa yang dicintai oleh Allah (jenis kedua). Mencintai apa yang dicintai Allah tidak akan lurus kecuali jika ia mencintai karena Allah dan di jalan Allah.
Keempat, cinta mendua kepada Allah Azza Wa Jalla. Artinya ia mencintai selain Allah, dan juga mencintai Allah dengan kadar yang sama. Ini merupakan syirik. Setiap orang yang mencintai sesuatu dengan kecintaan yang sama kepada Allah, bukan karena Allah atau di jalan-Nya, maka ia telah menjadikannya sebagai tandingan selain Allah. Inilah jenis kecintaan orang-orang musyrik.
Kelima, kecintaan yang sifatnya manusiawi, kita boleh melakukannya. Yaitu kecenderungan seseorang kepada apa yang disenanginya dan yang sesuai dengan wataknya dan nalurinya. Seperti orang haus mencintai air, lapar mencintai makanan, senang tidur, mencintai isteri, dan anak. Ini bukan cinta yang dicela, melainkan jika telah melalaikan zikir kepada Allah Azza Wa Jalla dan menyibukkan dari cinta kepada Allah.
Lalu, siapakah yang lebih baik dan bahagia hidupnya, ialah  orang yang semua kehendak dan cita-citanya bersatu untuk mencapai keridhaan Allah. Orang yang zikir hanya kepada Allah, hanya rindu kepada-Nya. Kemudian inilah yang menguasai kemauan-kemauannya, cita-citanya, dan lamunan-lamunannya. Ia akan diam karena Allah. Jika berbicara ia karena Allah. Jika memukul, ia memukul karena Allah. Bergerak karena-Nya, diam karena-Nya, hidup dan mati karena Allah, dan dibangkitkan karena Allah.
Dalam Shahih Buchari hadist qudsi, Allah berfirman :
Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang Aku wajibkan, dan senantiasa ia beribadah dengan yang sunnah, keuali Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya, maka Aku pendengarnya yang ia mendengar dengannya, Aku penglihatannya yang ia melihat dengannya, Aku tangannya yang ia memukul dengannya, Aku kakinya yang ia berjalan dengannya. Jika ia meminta kepadaku, maka niscaya Aku akan memberinya, jika ia meminta perlindungan kepada-Ku, maka Aku akan memberi perlindungan kepadanya. Tidakkah Aku ragu-ragu dalam melakukan sesuatu, jika Aku yang melakukannya, kecuali keraguan-Ku ketika mencabut nyawa hamba-Ku yang beriman yang benci kematian, dan Aku benci apa yang ia benci”.
Kecintaan seperti inilah yang menyibukkan hatinya untuk tidak memikirkan dan memperlihatkan hal-hal lain, selain Allah, sehingga menguasai ruhnya. Tak ada lagi tempat bagi yang lain dihatinya. Kecintaan inilah yang menguasainya dalam setiap geraknya. Dalam mendengar, melihat berjalan. Allah ada dalam hatinya dan bersamanya. Walah ‘alam.

Jauhkan Cinta Buta


Betapa banyak orang mengalami penyakit cinta buta. Cinta buta itu tidak dapat membedakan antara kemuliaan dan kehinaan. Banyak mereka yang terkena penyakit cinta buta itu, terjatuh ke dalam kehidupan hina dina, tetapi mereka menyangka sebuah kemuliaan. Tak jarang pula mereka yang sudah terkena penyakit cinta buta itu, kehilangan kesadaran dan kehendak sucinya mengenal hakekat kebenaran sejati, Al-haq.
Mengobati cinta buta seseorang harus mengetahui bahwa yang menimpanya adalah sesuatu yang bertentangan dan menafikan tauhidnya kepada Allah. Manusia yang mengalami cinta buta harus menyadari bahwa ketika melakukan semuanya, karena kelalaian hatinya kepada Allah. Ia harus mengetahui dan menyadari untuk bertauhid kepada-Nya, sunnah-sunnah-Nya, dan bukti-bukti Allah.
Melakukan ibadah-ibadah lahir dan bathin, sehingga hati dan pikirannya senantiasa berpikir kepadanya ibadah kepada-Nya. Hendaklah ia memperbanyak kembali dan mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh ketundukkan dan rendah diri. Tidak ada obat yang paling efektif daripada ikhlas hanya kepada Allah. Allah menyebutkan di dalam Al-Qur’an :
Demikianlah, agar Kami memalingkan darinya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih”. (Yusuf : 24)
Penggambaran ayat diatas ini menjelaskan bahwa Allah memalingkan dan menjauhkan Yusuf dari kemungkaran isyq (cinta buta)  dan kekejian dengan keikhlasannya. Tidak ada yang dapat menjauhkan kesesatan seseorang kecuali, hanya ketika ia dekat dengan Allah. Jika hati itu bersih suci dan memurnikan amanah hanya kepada Allah, maka idak mungkin orang akan terkena penyakit cinta buta. Cinta buta tidak akan bersemayam di hati seseorang yang selalu mengingat Allah. Sebab cinta buta hanya berada di dalam hati yang kosong. Seperti dikatakan seorang penyair :
Cintaku pada perempuana itu datang sebelum aku mengenal cinta, Ia datang ke hati yang kosong, kemudian bersaralah ia”.
Maka, hendaklah orang yang berakal mengetahui bahwa secara logika dan syariat dalam hidup ini, ia harus meraih kebaikan dan kemaslahatan atau melengkapinya dan menghindar dari mafsadah. Jika seseorang dihdapkan pada masalah yang ada kandungan masalahat dan mafsadah,maka ia harus memiliki dua prinsip.
Prinsip amali dan prinsip ilmiah. Secara ilmiah mengharuskannya memiliki pengetahuan tentang mana yang lebih kuat segi maslahat atau mafsadahnya? Jika ia telah menemukan mana yang paling banyak masalahatnya, maka seseorang itu harus mengikuti yang palig banyak masalahatnya. Bukan justru mengikuti yang banyak mafsadahnya, meskipun secara pandangan mata, itu sangat baik bagi seseorang.
Seseorang harus memahami bahwa cinta buta itu, tidak ada sama sekali maslahatnya bagi manusia di dunia dan akhirat. Cinta itu dapat menimbulkan mafsadah bagi manusia dalam kategori yang sangat luas dalam kehidupan ini. Diantaranya :
Pertama, manusia akan disibukkan dengan mengingat-ngingat makhluk dan mencintainya, dan dibandingkan dengan zikir dan cinta kepada Allah. Ketahuilah antara cinta dan zikir itu tidak mungkin menyatu dalam hati seseorang, karena keduanya akan bertarung, dan akan menguasainya adalah yang paling kuat.
Kedua, hatinya tersiksa karena ma’syuqnya, dan barangsiapa yang mencintai selain Allah, ia akan tersiksa dengannya. Seorang penyair mengatakan :
Tak ada yang lebih sengsara di bumi daripada orang yang kasmaran,
Jika ia bertemu dengan orang yang dicintai ia senang,
Kau lihat ia menangis setiap saat,
Karena takut berpisah atau memendam rindu,
Ia juga menangis ketika erada disampingnya karena takut berpisah,
Air mata bverlinang ketika berpisah,
Dan air matanya berlinang lagi ketika bertemu".
Cinta buta, meski terkadang dinikmati oleh pelakunya, namn sebenarnya ia merasakan ketersiksaan hati yang paling berat.
Ketiga, Hatinya tertawan dan terhina dalam genggaman orang yang dicintainya. Namun, karena ia mabuk cinta, ia tidak merasakan musibah yang menimpanya.
Mata melihatnya ia hidup bebas, padahal hakikatnya ia tertawan,
Ia sakait dan berputar dalam lingkaran kutub,
Ia mati meski terlihat fisiknya hidup,
Ia tak punya hak untuk dibangkitkan lagi,
Hatinya hilang tersebut dalam kebodohan,
Ia tak akan kembali sampai mati".
Keempat, ia akan disibukkan oleh ma’syuqnya dari urusan maslahat agama dan dunianya. Tak ada orang yang paling menyia-nyiakan agama dan dunia, melebihi orang sedang dirundung cinta buta. Ia menyia-nyiakan maslahat agamanya, karena hatinya lalai untuk beribadah kepada Allah. Kemaslahatan dalam segi agama terwujud dengan bercahanya hati, dan kecenderungan untuk melakukan ibadah kepada Allah. Sementara itu, cinta kepada keindahan fisik akan menghancurkan semua agama yang dibangunnya.
Kelima, bahaya-bahaya dunia dan akhirat lebih cepat menim;pa kepada orang yang dirundung cinta buta, melebihi kecepatan api membakar kayu kabar kering. Ketika hati berdekatan dengan ma’syuqnya ia akan menjauh dari Allah. Jika hati jauh dari Allah, semua jenis marabahaya akan mengancamnya dari segala sisi, kaerna setan menguasainya. Jika setan telah menguasainya, maka musuh menjadi senang.
Keenam, jika kekuatan setan menguasai seseorang, ia akan merusak akalnya dan memberikan rasa was-was. Bahkan, mungkin tak ada bedanya ia dengan orang gila. Mereka tidak menggunakan akalnya secara layak. Padahal, yang palin berharga bagi manusia adalah akalnya. Akal yang membedakan ia dengan binatang.
Apa yang membuat yang membuat gila Layla Majnun, tidak lain karena cinta buta. Seperti kata penyair:
Mereka bilang, “Kamu gila (tergila) dengan orang yang kaucintai?,
Engkau menjawab, “Cinta buta lebih dahsyat daripada orang gila”,
Orang yang terserang cinta buta tidak tersadar sepanjang masa,
Sementara orang gila akan siuaman dari kegilaannya”.
Ketujuh, cinta buta akan merusak indra atau mengurangi kepekaannya, baik indra seriya ‘konkrit’ maupun indra maknawi ‘abstrak’,. Kerusakan indra maknawi mengikuti rusakna hati, sebab jika hati telah rusak, maka organ pengindra lain, seperti mata, lisan, telinga, juga turut rusak. Artina, ia akan melihat yang buruk pada diri ma’syuq adalah baik juga dan juga sebaliknya.
Imam Ahmad mengatakan, “Cintamu kepada sesuatu membutakanmu dan membuatmu tuli”. Mata hati akan buta melhat keburukan dan kekurangan orang atau sesuatu yang dicintainya, sehingga mata fisiknya tidak mampu melihat hal itu. Telinganya akan tuli mendengarkan celaan orang kepada orang yang dicintainya. Kesenangan-kesenangan itu menutup kekurangan dan aib.
Kecintaanku kepadamu menutup mataku,
Namun, ketika terlepas cintaku semua aibmu menampakkan diri”.
Maka ketika seseorang mencintai fisik, selanjutnya akan ditandai dengan sakitnya badan, karena mencintai pisik bentuk-bentuk keindahan fisik, bahkan mungkin sampai ada ang mati karenanya. Dan, kisah dari Ibn Abbas, menceritakan ada seoran laki-laki yan g sangat kurus, sehingga yang tersisa hanya kulit dan tulang. Ibn Abbas, berkata, “Kenapa dia?”. “Ia terkena jatuh cinta, isyq”. Maka Ibn Abbas berdoa dan belrindung dari Allah sepanjang hari.
Kedelapan, seperti yang disebutkan diatas, bahwa isyq adalah berlebihan dalam mencintai, sehingga orang yang dicintainya sudah pada tingkat menguasai dan mengendalikannya.
“Awalnya ia hanya membutuhkan cinta,
Kemudian setelah ia dapatkan itu, ia berjalan sesuai dengan takdir,
Sehingga, ketika ia masuk dalam dunia cinta yang dalam dan gelap,
Ia menghadapi urusan-urusan yang tak sanggup dipikul,
Meski oleh orang-orang besar sekalipun”.
Wallahu’alam.