Kamis, 05 September 2019

KAITAN ISLAM, IMAN DAN IHSAN

Dalam kaitannya dengan Islam, Iman dan Ihsan, di sini Ibnu taimiyah lebih jauh menjelaskan pada kita tentang apa itu Islam, Iman serta Ihsan secara hakiki. Dalam menafsirkan ketiga kata tersebut, beliau mengutif Firman Allah SWT :

Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba- hamba Kami, lalu diantara mereka ada yang menganiayai diri mereka sendiri dan diantara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada yang lebih dahulu dalam berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang sangat besar.” ( QS. 35 : 32 ) 

Dari ayat itu dapat diketahui, bahwa seorang muslim adalah mereka yang menganiaya dirinya sendiri, yaitu dengan cara meninggalkan apa yang Allah perintahkan dan melaksanakan apa yang Allah larang-Nya. Contoh terhadap ini, umpamanya dalam hal berbuat baik kepada orang tua, adalah merupakan kewajiban yang tak bisa terelakkan karena hal ini diletakkan sejajar dalam arti menduduki urutan kedua setelah kewajiban dalam mentauhidkan Allah SWT. 

Allah berfirman : "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.…. “ ( QS. 17 : 23 )

Dengan berdasarkan pada ayat tersebut, jelaslah bahwa kedudukan berbuat baik pada orang tua menduduki urutan kedua setelah mentauhidkan Allah SWT. Namun, dengan pengetahuannya ini orang masih sering menganiayai dirinya dengan cara tidak berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Adapun mengenai orang mu`min, dengan dasar ayat ini (QS. 35 : 32 ), Ibnu Taimiyah memberikan pengertian bahwa mereka adalah orang- orang yang sudah terkhususkan dengan hal-hal yang diwajibkan padanya, dalam arti mereka telah mampu berkomitmen dengan apa yang telah Allah wajibkan atasnya.

Sedangkan mengenai tingkatan muhsin, adalah mereka yang telah berkomitmen betul dengan hal-hal yang sunnah apalagi terhadap hal- hal yang wajib ( Ibnu Taimiyah, tt. : 6 ).

Demikian inilah tingkatan-tingkatan amaliah dalam pemahaman keislaman itu. Rasulullah memberikan gambaran kepada kita tentang Iman yang kemudian ditafsirkan oleh para ulama sebagai rukun Iman. Jika kita melihat penerangan mengenai Islam ini, dapat disimpulkan bahwa Islam adalah amaliyah zhahir yang terlihat secara kasat mata. Sedangkan mengenai pengertian Iman ini lebih condong pada amaliah batin. 

Adapun kaitan yang ada diantara keduanya, bahwa iman harus menjadi landasan tempat tumbuh berkembangnya amaliah zhahir yakni Islam itu sendiri. Oleh karena itu, kemaslahatan amaliyah zhahir amat bergantung pada tumbuh tidaknya pada amaliyah batinnya, yakni iman. 

Sedangkan mengenai ihsan  yaitu antara hijrah sebagai seorang yang dengan kekuatan ibadahnya ia mampu untuk meninggalkan apa yang telah Allah haramkan atasnya. Ihsan dapat dihasilkan oleh seorang hamba yaitu dengan melalui kekuatan ibadah dan pemeliharaan atas hak-hak Allah dan muraqabah-nya, dan dari kemampuhannya untuk menghadirkan keagungan-Nya dalam ibadah.