Rabu, 22 Agustus 2018

SANTRIWATI NGUMPET

Waktu itu, Menjelang subuh  disebuah pondok pesantren putri yang terletak dipinggiran kota dijawa tengah dengan sigapnya keamanan pondok putri membangunkan para santriwati untuk melaksanakan sholat tahajud sambil menunggu azan subuh berkumandang. Sang keamanan ini terkenal tegas sekaligus galak, bagi santriwati yang baik dianggapnya seperti polwan yang tegas namun bagi santriwati yang pemalas dianggapnnya seperti emak-emak yang cerewet dan galak. 

Fajar sodik akhirnya menampakan cahaya, setelah semua santriwati melaksanakan tahajud dikumandangkan lah azan subuh, kali ini santriwati yang bernama nissa yang mengumangkan azan. Lantunan suara azannya mempu membuat hati para santriwati bergairah untuk selalu kembali meraih kemenangan dalam ketaatan beribadah kepada ilahi.

Sang keamanan pondok dengan gesitnya, bertubuh kecil tapi gerak langkahnya tegas penuh semangat mengecek kembali setiap kamar-kamar. Memastikan bahwa semua penghuni kamar telah menuju ke mushola khusus santriwati untuk melaksanakan sholat subuh berjama'ah.

Ketika memasuki kamar an-nur yang terletak di pojok, kamar yang terkenal penghuninya sangat pemalas dan kemproh-kemproh. Sekilas nampak kamar telah kosong namun dipojokan kamar tepatnya disamping lemari yang dekat dinding ada celah kecil yang cukup untuk menyelinap "ngumpet" ada suara gemeletuk gigi. Sambil berjinjit keamanan pondok ini mendekati suara tersebut dan ternyata ada santriwati sedang ngumpet tidur sambil berdiri disela-sela lemari tersebut dengan bersandar pada dinding. 

Seketika wajah keamanan pondok yang terkenal cantiknya ini dengan tahi lalat yang menghiasai wajahnya tepatnya disamping mata dan alis langsung memerah penuh amarah merasa dikhianati memukul lemari tersebut dengan sekencang-kencangnya sehingga membuat santriwati ngumpet ini terkaget-kaget dan lari terbirit-birit. 

Ibu nyai datang untuk menjadi imam sholat subuh dan dikumandangkanlah iqomah sebagai tanda akan dilaksanakannya sholat subuh berjama'ah. Suasana seperti ini tidak akan pernah didapati pada remaja yang tidak mengenal pesantren. Dikala para remaja luar masih terbuai dengan tidurnya dan menarik selimut untuk melindungi tubuh dari dinginya subuh, para santriwati dipesantren ini sedang terbuai kenikmatan beribadah pada ilahi. 

Suara merdu bu nyai dalam membaca ayat-ayat al quran menambah khusu' dan merontokan nafsu keduniawian para santriwati, setiap gerakan sholatnya hanya Allah yang diingat. Keindahan mana lagi yang lebih indah dari pada subuh berjama'ah dengan ditemani para malaikat-malaikat ilahi.

Sang keamanan pun turut serta terlarut dalam khusu' sholat dan wiridnya. Jika di hadapan para santriwati selalu menampakan wajah ketegasan namun dalam beribadah wajahnya berubah teduh penuh kerinduan pada ilahi.

Dalam doanya selalu meminta pada ilahi agar dapat istiqomah dalam menjaga hafalan quranya. Istiqomah adalah seberatnya-beratnya amalan, istiqomahlah yang lebih baik daripada seribu karomah. Kebahagiaan baginya adalah ketika mampu menjaga hafalan qurannya hingga ajal menjemputnya.

Lirihnya doa dengan penuh kesyahduan meminta pada ilahi agar diperjodohkan dengan seseorang yang bisa ikut serta menjaga hafalan quranya. Menyemai keindahan-keindahan al quran bersama seseorang yang tahu bagaimana memperlakukan wanita penghafal quran, Hingga tak terasa air matanya mengalir menetes membasahi mukenanya. 
Air mata pengharapan pada ilahi yang telah menggetarkan jagad malaikat untuk turut serta meng-aminkan doa-doanya. 

Dipojok mushola tepatnya barisan sholat paling belakang, Nena santriwati yang tadi lari terbirit-birit karena kedapatan ngumpet dipojok kamar memperhatikan setiap wirid dan doa dari keamanan pondok. Sekali-kali melirik melihat raut wajah keamanan pondok yang kebetulan posisinya tidak jauh dari dirinya. 

Melihat betapa khusu'nya dalam berdoa dan wajahnya yang memancarkan keteduhan membuat hati nena tersadarkan, selama ini telah salah sangka bahwa keamanan pondok yang dianggapnya galak ternyata dapat meneteskan air mata ketika berdoa. Nena dalam hati berjanji akan memperbaiki diri dan membuang sifat malasnya. Sambil bergumam "aku harus meminta maaf pada keamanan pondok." Terimakasih keamanan pondok telah menyadarkanku. Jazakillah Khoiran!