Tampilkan postingan dengan label Filosofi Nahwu Shorof. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Filosofi Nahwu Shorof. Tampilkan semua postingan

Minggu, 27 April 2025

Kalimat-Kalimat Cinta Ilmu Sharaf

Berikut kalimat-kalimat cinta dalam ilmu sharaf. Semoga bermanfaat


"Wahai bidadari yang menawan,"

"Aku datang kepadamu membawa niat yang telah berubah dari fi’il menjadi 'azm yang mantap. Seperti dalam ilmu shorof, hatiku telah melalui berbagai tashrif; dari māḍī kenangan, muḍāri‘ harapan, hingga amr tekad untuk membangun masa depan bersamamu."


"Dalam setiap wazan perubahan, namamu selalu menjadi fa‘ala, awal dari segala gerak rasa. Aku, hanyalah seorang fā‘il yang berusaha, berharap engkau menjadi maf‘ūl bih dalam doa-doaku, menjadi tujuan dan pelengkap bagi amal hidupku."

"Cintaku padamu bukan sekadar masdar kosong tanpa makna, tapi ṣighat mubālaghah yang penuh ketulusan dan pengorbanan. Dalam semua bāb tashrif kehidupanku, hanya engkau satu-satunya yang tetap konstan, tanpa perubahan."

"Maka izinkan aku, yang tak sempurna ini, mengajukan satu fi‘il amr yang penuh harap: Terimalah aku menjadi teman hidupmu, menjadi suamimu, menjadi imam dalam safar cinta menuju ridha Allah."

"Sebagaimana fi’il membutuhkan maf’ul untuk sempurna maknanya, aku membutuhkanmu untuk menyempurnakan hidup dan ibadahku."

"Bersediakah engkau?"


  1. "Engkau adalah mahbūbah dalam hatiku, sebagaimana ism maf'ūl yang senantiasa menerima cinta dari fi'il-nya."
    (mahbūbah: yang dicintai – bentuk isim maf’ul dari ḥabba)

  2. "Jika aku adalah fā‘il, maka mencintaimu adalah fi‘l yang tak pernah berhenti kuserap dalam wazan hatiku."

  3. "Hatiku terus yataḥawwal—berubah—setiap kali engkau hadir, sebagaimana akar kata berubah dalam timbangan wazan."

  4. "Cintaku padamu bukan hanya muḍāri‘, tapi telah menjadi māḍī yang kukenang dan amr yang kuteguhkan."

  5. "Engkau adalah ism fā‘il dari kata ‘asyiq—seorang pecinta sejati yang tak pernah lelah memberi rasa."

  6. "Seperti kata kerja yang terus yatakarrar, rinduku padamu pun tak pernah berhenti berulang."

  7. "Dalam kamus hidupku, engkaulah satu-satunya ṣīghat mubālaghah dari kata cinta."

  8. "Kalau aku adalah akar kata, maka engkau adalah semua bentuk turunannya—melengkapi makna hidupku."

  9. "Cinta ini bukan sekadar masdar, tapi telah menjelma menjadi amal nyata yang tak terbantahkan."

  10. "Sebagaimana fi'il butuh maf'ul bih untuk sempurna, aku butuh hadirmu untuk menyempurnakan hidupku."


Semoga bermanfaat!!

Sabtu, 26 April 2025

Cinta dalam Wazannya Gus Azmi dan Ning Laila

Berikut ini cerita cinta fiktif antara Gus Azmi dan Ning Laila yang dibumbui dengan bahasa-bahasa ilmu shorof (ilmu perubahan kata dalam bahasa Arab).  Semoga menghibur dan menginspirasi para pembaca. 


Di suatu pondok pesantren di ujung Jawa Timur, hiduplah seorang pemuda alim bernama Gus Azmi. Ia tak hanya mahir membaca kitab kuning, tapi juga sangat fasih dalam ilmu shorof. Dalam setiap pengajian, ia selalu mengawali dengan menyebutkan fi’il tsulātsī mujarrad dan menutup dengan shighat mubālaghah.


Suatu hari, datanglah Ning Laila, putri dari pengasuh pesantren di solo, untuk mondok dan memperdalam ilmu nahwu-shorof. Ketika pertama kali melihatnya, Gus Azmi terdiam, seperti fi’il lāzim yang tak bisa menerima maf’ūl bih. Hatinya bergetar, mengalami perubahan seperti masdar yang sedang mencari wazan-nya.

"Wahai Ning Laila," gumam Gus Azmi dalam hati, "engkau ibarat ism tafdhīl dari segala wanita, lebih lembut, lebih teduh, dan lebih menawan."

Ning Laila pun ternyata menyimpan rasa. Baginya, Gus Azmi adalah fi’il muta’addi yang menyentuh hatinya tanpa ia sadari. Setiap kali mendengar Gus Azmi menjelaskan tashrīf dari kata 'alima–ya’lamu–‘ilman, hatinya justru belajar ilmu yang lebih dalam: cinta.

Suatu malam, saat kajian selesai, Gus Azmi memberanikan diri.

“Ning Laila,” katanya dengan suara setenang fi’il mudhāri’, “jika cinta ini adalah masdar, maka izinkan aku mencari wazan yang tepat untuk mengungkapkannya padamu.”

Ning Laila tersenyum, “Jika katamu benar-benar fa’ala–yaf’ulu, maka buktikanlah dengan shighat amr yang jelas, bukan sekadar fi’il mudhāri' yang belum pasti.”

Gus Azmi tersenyum penuh arti, “InsyaAllah, aku akan datang bersama ayahku. Semoga kita menjadi pasangan yang muwāfaqah, sepadan dalam ilmu dan cinta, seperti fa’ala–yaf’ulu–ufu’l yang tak terpisahkan.”

Dan sejak saat itu, cinta mereka bukan sekadar rasa, tapi juga menjadi pelajaran bahwa cinta—seperti ilmu shorof—membutuhkan pemahaman, kesabaran, dan perubahan ke arah yang lebih baik.


Sementara itu setelah Gus Azmi menikah dengan Ning Laila, suasana pondok semakin murattab. Ilmu makin berkah, cinta pun makin terasa masdar-nya. Tapi di balik itu, sang adik, Gus Im, diam-diam sedang mengalami taṣrīf isnād yang unik di hatinya.

Di pojok pondok putri, ada seorang santriwati baru keturunan Arab bernama Ning Kareema. Wajahnya teduh seperti fi’il salīm, akhlaknya mulia seperti ism fa’il dari kata karuma–yakrumu–karīmun.

Gus Im, yang terkenal jago tashrīf lengkap dari fi’il māḍī sampai amr ghā’ib, mendapati hatinya berubah setiap kali mendengar nama Ma’rifa.

“Kenapa hatiku ini seperti fi’il naqis yang belum sempurna tanpa dhomirnya?” gumam Gus Im saat sedang memegang kitab Amtsilat Tashrīfiyyah.

Sahabatnya, Gus Rozi, menimpali sambil tersenyum, “Mungkin kamu sedang mengalami i’lal qalbi, Gus. Hatimu berpindah dari asli ke bentuk mu’allaq.”

Suatu sore, ketika Gus Im sedang mengajar tashrīf untuk santri kelas ‘Aliyah, terdengar suara Ning Kareema mengoreksi tasrīfnya dengan lembut tapi tegas.

“Maaf, Gus, yang benar bukan naqasa–yanqisu, tapi naqasa–yanqusu, itu termasuk tsulātsī mujarrad dengan wazan fa’ala–yaf’ulu,” ucapnya sambil tersenyum sopan.

Gus Im terdiam. Di sanalah dia sadar, Kareema bukan hanya nama, tapi juga maṣdar ma’rifah yang sebenarnya: pemahaman yang dalam.

Sejak itu, Gus Im mulai menyusun rencana. Ia tak ingin cintanya menjadi fi’il majhūl. Maka ia pun meminta pendapat kakaknya yaitu Gus Azmi dan diarahkan untuk langsung sowan ke abahnya untuk mengutarakan isi hatinya agar abahnya mengetahui dan berkata:

“Abah, izinkan saya melakukan isnād yang sah secara syar’i. Saya ingin meminang Ning Kareema. InsyaAllah, dia adalah mufrad muannats yang saya dambakan dalam jumlah ismiyyah hidup saya.”

Dan ketika khitbah itu datang, Ning Kareema hanya menjawab singkat:

“Jika benar niatmu ṣharfiyyah, maka mari kita lanjutkan dalam fi’il madī yang penuh keberkahan.”


Dan begitulah, cinta Gus Im dan Ning Kareema pun tataṣarraf—berubah, berkembang, dan terjalin indah dalam bingkai ilmu, adab, dan mahabbah yang sesuai dengan wazan cinta para santri. 


Sekian!!

Jumat, 25 April 2025

Kisah Romantik I'rab Cinta Kitab Jurumiyah

Berikut adalah kisah romantik yang penulis mencoba tulis sambil menunggu "ngantuk" datang untuk tidur malam. Hanya sekedar cerita yang mungkin bisa menjadi inspirasi bagi para pembaca dalam menuntut ilmu terutama dalam kaitannya ilmu nahwu shorof. Semoga dapat menghibur para pembaca.


Di suatu pondok pesantren di Jawa Timur, tinggalah seorang santri alim bernama Gus Im, putra dari seorang kyai masyhur. Ia dikenal tenang, cerdas, dan sangat mencintai ilmu, terutama ilmu nahwu. 

Sedangkan di pondok sebelah, ada seorang santriwati bernama Ning Mareefa, putri dari Kyai pengasuh pesantren tahfidz. Kecantikannya bukan hanya terletak pada wajah, tapi pada akhlaknya dan cintanya pada ilmu.

Mereka pertama kali bertemu dalam musabaqah nahwu antar pondok. Saat itu, Gus Im mengajukan soal dari Bab I’rab, tentang marfu’nya mubtada dan khabarnya. Ning Mareefa menjawab dengan lantang:

“Mubtada dan khabar keduanya marfu’. Seperti dalam kalimat: الْعِلْمُ نُورٌ, ilmu itu cahaya.”

Gus Im tersenyum. Di hatinya terbersit, “Benar, dan engkau adalah cahaya itu, Ning.”

Sejak saat itu, mereka saling mengenal melalui bait-bait nahwu, berbalas pantun dalam bentuk contoh i’rab. Cinta mereka tumbuh, bukan lewat pandangan mata, tapi melalui pemahaman mendalam terhadap kalimat.

Bab Af'al (Fi'il) menjadi bab penting dalam kisah mereka. Gus Im pernah menulis surat yang hanya berisi satu kalimat:

أَحْبَبْتُكِ حُبًّا صَادِقًا — Aku mencintaimu dengan cinta yang tulus.”

Fi’il أحببتُكِ di-i’rab oleh Ning Mareefa sebagai:

  • Fa'il-nya: dhamir mustatir ana (aku)
  • Maf'ul bih awalan: ka — kamu
  • Maf'ul bih tsaniyan: hubban — cinta

Lalu ia balas dengan tulisan di kertas kecil:

قَبِلْتُهُ قَبُولًا حَسَنًا — Aku menerimanya dengan penerimaan yang baik.”

Mereka berdua meyakini bahwa cinta, sebagaimana kalimat, butuh tarkib (susunan) yang baik. Bila tidak sesuai posisi, maka makna akan kacau. Maka mereka menjaga cinta mereka agar selalu sesuai dengan mauqi’ yang tepat — seperti fa’il yang tak boleh berpindah ke posisi maf’ul.

Suatu hari, dalam Bab Taqdim dan Ta’khir, Gus Im berkata:

“Cinta itu kadang seperti khabar yang didahulukan dari mubtada. Bukan karena tidak sopan, tapi karena ada makna ta’ajjub yang ingin ditekankan.”

Ning Mareefa menjawab:

“Seperti dalam مَا أَجْمَلَ الحُبَّ فِي طَاعَةِ اللهِ — Betapa indahnya cinta dalam ketaatan kepada Allah.”

Puncaknya adalah ketika Gus Im menghadap Kyai dan mengatakan dengan penuh adab:

“Kyai, izinkan saya menjadikan Ning Ma’rifa sebagai mudhaf, dan saya sebagai mudhaf ilaih, agar kami bisa terus terikat dalam hubungan yang tak terputus.”

Kyai pun tersenyum dan menjawab:

“Jangan lupa, nak… Dalam idhafah, yang satu harus menjadi milik yang lain. Tapi milik yang saling menguatkan, bukan saling melemahkan.”


Cinta Gus Im dan Ning Mareefa tidak meledak-ledak, tapi tersusun rapi seperti kalimat i’rab. Dalam cinta mereka, ada *marfu’*nya semangat, manshubnya harapan, majrurnya kerendahan hati, dan majzumnya kesabaran.

Karena mereka yakin, seperti kata Jurumiyah:

“وَالإِعْرَابُ هُوَ تَغْيِيْرُ أَوَاخِرِ الْكَلِمِ…”
“I’rab adalah perubahan akhir kata karena amil yang masuk…”

Dan cinta mereka berubah, menjadi cinta yang berakhir bahagia — karena amil yang bernama ridha Allah telah masuk ke dalam hati mereka.


Wallahu A'lam

Filosofi Ilmu Nahwu dan Kitab Alfiyah

Mari kita mencari makna filosofis dari ilmu nahwu dan kitqb alfiyah yang harus diketahui oleh para pengaji kitab sakral tersebut. 

Ribuan santri telah berhasil menghafalkan kitab ini dan itu merupakan pencapaian luar biasa oleh karena itu sangat penting untuk memahami makna-makna filosofis ilmu nahwu agar dapat bermanfaat dalam menghadapi kehidupan didunia ini. 

Berikut adalah beberapa makna filosofis yang kami temukan tentang ilmu nahwu :


1. Ketertiban dalam Bahasa, Ketertiban dalam Hidup

Nahwu adalah ilmu yang mengatur tata letak kata dalam kalimat. Dalam filosofi kehidupan, ini mengajarkan bahwa setiap hal memiliki tempatnya. Jika kata-kata tidak tertata, makna akan rusak; begitu juga jika hidup tidak tertata, maka kekacauan akan terjadi.

Filosofi:

"Tertib dalam kata adalah cerminan tertib dalam jiwa."


2. Tujuan Ilmu: Memahami Makna dengan Benar

Nahwu bertujuan untuk memahami makna kalimat secara benar dan terhindar dari kesalahan pemahaman. Ini menunjukkan pentingnya kerendahan hati dalam menuntut ilmu, karena hanya dengan ilmu kita bisa memahami sesuatu secara tepat.

Filosofi:

"Bahasa adalah jembatan makna. Nahwu adalah penopangnya."


3. Perbedaan I'rab Mencerminkan Keberagaman Fungsi

Dalam nahwu, satu kata bisa berubah i’rab (rafa’, nashab, jar, jazm) tergantung fungsinya. Ini mengajarkan bahwa satu hal bisa punya banyak peran tergantung situasi. Seorang manusia juga bisa berperan berbeda di berbagai keadaan, dan itu bukan ketidakkonsistenan, melainkan keluwesan.

Filosofi:

"I’rab adalah seni menyesuaikan diri—tidak berubah hakikat, hanya berubah peran."


4. Disiplin Ilmu yang Tegas namun Indah

Kitab Alfiyah mengemas ilmu nahwu dalam bentuk syair, yang menunjukkan bahwa aturan tidak harus kaku, bisa indah dan harmonis. Ini mencerminkan keseimbangan antara logika dan estetika.

Filosofi:

"Ilmu itu tegas, tapi bisa disampaikan dengan keindahan."


5. Kitab Alfiyah Sebagai Warisan Intelektual

Seribu bait Alfiyah bukan hanya hafalan, tapi representasi dari perjuangan intelektual ulama dalam menjaga ilmu bahasa Arab. Mempelajarinya adalah bentuk menghargai tradisi keilmuan dan melatih ketekunan serta kedalaman berpikir.

Filosofi:

"Menghafal Alfiyah bukan sekadar mengingat, tapi mewarisi semangat mencari makna."


Wallahu A'lam.

Senin, 13 Mei 2024

Contoh Pidato Pramuka Penggalang Janggala Juara 2 Kabupaten 2024

Assalamualaikum Wr Wb.

Salam Sejahtera

Om Suwastiastu

Namo Budaya

Salam Kebajikan

SALAM PRAMUKA!

 

Yang terhormat, dewan juri, dan teman – teman seperjuangan yang berbahagia.

Perkenalkan nama saya .......... dari Gugus Depan ....... SMP........., dengan nomor undi …….


Pada kesempatan di pagi hari ini dalam lomba ajang pramuka penggalang, izinkan saya untuk berpidato yang berjudul Bahaya Miras dan Narkoba bagi Masa Depan Generasi Muda Indonesia.


Teman - teman, pasti teman – teman disini punya cita – citakan? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia cita – cita adalah keinginan yang selalu dalam angan angan. Saya doakan semoga kita dapat mewujudkan semua cita – cita kita. Amiin..


Nah….ketika kita punya cita-cita yang mulia, kita harus berusaha untuk selalu mewujudkannya dengan sekuat tenaga. Tetapi ada banyak tantangan dan hambatan dalam meraihnya salah satunya adalah Penyalahgunaan NARKOBA dan Miras yang dapat memupus semua harapan kita. 


Ada yang tahu NARKOBA itu apa? NARKOBA kepanjangan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya, Narkoba adalah zat atau obat baik yang bersifat alamiah, sintetis, maupun semi sintetis yang menimbulkan efek penurunan kesadaran, halusinasi, serta daya rangsang dan zat yang dapat menghilangkan rasa nyeri. Sedangkan minuman keras adalah segala minuman difermentasi yang mengandung alkohol atau etanol sebagai zat yang memabukkan.


Di Indonesia sendiri mengenai narkoba sudah diatur secara tegas dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Selain itu Dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkoba sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang tersebut Indonesia membentuk Badan Narkotika Nasional (BNN) untuk membantu penegak hukum yang sudah ada seperti polisi dan jaksa. Namun secara de facto atau kenyataannya di lapangan peredaran dan penyalahgunaan narkoba masih tinggi di kehidupan masyarakat terutama di kalangan pelajar sampai mahasiswa.


Dikutip dari laman media sosial Kementerian Sosial (Kemensos) kasus penyalahgunaan narkoba terkini sudah mencapai 3.6 Juta pengguna.  Tingginya penyalahgunaan narkoba disebabkan karena maraknya pergaulan bebas di kalangan remaja sampai dewasa, serta kurangnya komunikasi orang tua dengan anak yang berujung minimnya pengawasan terhadap anak, ditambah lagi dengan rasa ingin tau yang tinggi anak remaja mengenai rasa yang ditimbulkan oleh narkoba. 


Selain itu bagi yang sudah mengkonsumsi narkoba dan miras akan menyebabkan efek yang  menimbulkan ketergantungan atau rasa candu terhadap pengguna dan menimbulkan keinginan mengkonsumsi dosis yang lebih tinggi secara periodik. Banyak dampak negatif yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan narkoba dan miras seperti dampak terhadap individu seperti masalah psikis, mental, kesehatan, penularan penyakit HIV/AIDS, bahkan kematian. Sedangkan dampak negatif terhadap publik yaitu memicu timbulnya kejahatan sosial di masyarakat. Dampak yang ditimbulkan dari penyalahgunaan narkoba dan miras tersebut secara otomatis mengancam masa depan dan hancurnya cita-cita yang diharapkan. Remaja sebagai generasi muda yang diharapkan dapat menjalankan kehidupan masa mudanya dengan hal-hal yang positif sebagai persiapan dalam menghadapi masa depan yang lebih mandiri serta ikut terlibat dalam mewujudkan Indonesia Emas pada tahun 2045.  


Sementara itu Jika mengacu pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka disebutkan salah satu pertimbangan penyusunan undang-undang ini bahwa Gerakan Pramuka selaku penyelenggara pendidikan kepramukaan mempunyai peran besar dalam pembentukan kepribadian generasi muda sehingga memiliki pengendalian diri dan kecakapan hidup untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global. Artinya, Negara memberikan kepercayaan / amanah kepada Gerakan Pramuka untuk membentuk kepribadian generasi muda Indonesia. Agar kepribadian generasi muda tercipta dengan baik (sesuai harapan undang-undang), maka, tentunya, narkoba sebagai salah satu permasalahan negeri ini, harus pula bisa ditangkal oleh para anggota Gerakan Pramuka.


Dari pidato yang saya sampaikan dapat saya simpulkan bahwa Narkoba dan Miras dapat memupuskan cita-cita dan masa depan remaja sebagai generasi muda bangsa yang mana seharusnya masa remaja diisi dengan kegiatan-kegiatan positif sehingga menjadi insan yang berguna bagi nusa dan bangsa. Saya akhiri pidato saya dengan sebait pantun :


Jaga Hati Jaga Ucapan

Jauhi Miras dan Narkoba

Remaja Indonesia memiliki Peran 

Untuk Kemajuan Bangsa Indonesia


Demikian pidato dari saya semoga bermanfaat, banyak kekurangan mohon dimaafkan.

Wassalamualaikum wr wb.

Senin, 09 Mei 2022

Tidak Perlu Banyak Ibadah Pada Zaman Akhir Simak Tausiyah Gus Baha

Di zaman akhir ini yang diperlukan dalam menjalani perintah-perintah agama tidak perlu melakukan banyak ibadah namun disertai jangan melakukan perbuatan ini, berikut ini penjelasan Gus Baha ulama dari Rembang yang sangat kharismatik. 


Sekarang ini, zaman yang sudah jauh dari kenabian serta banyak sekali fitnah dan perbuatan maksiat yang merajalela, sehingga kemudian banyak orang yang mengatakan saat ini sudah memasuki zaman akhir.


Berkali-kali Gus Baha memberikan tausiahnya dengan menjelaskan bahwa di zaman akhir tidak perlu banyak ibadah tapi jangan pernah melakukan hal ini.  Semua itu bertujuan agar kelak tidak masuk golongan orang-orang yang merugi. Nah perbuatan atau pekerjaan apa yang dilarang dikerjakan di zaman akhir ini? Berikut kata Gus Baha. 

Dalam sebuah video ceramah, Gus Baha menerangkan nasehat  dari gurunya yaitu Mbah Moen, seorang ulama yang sangat masyhur di Indonesia maupun Internasional. 


Mbah Moen memberikan nasehat kepada Gus Baha "Zaman akhir tidak perlu banyak ibadah yang paling penting itu tidak maksiat." ucap Gus Baha.


Mengapa demikian, Gus Baha kemudian menjelaskan, karena ibadah itu terkadang membuat orang awam janggal.


"Misalnya jam delapan sholat dhuha, lalu sebelum dzuhur qobliyah dan setelahnya ba'diyah."


"Yang menjamin kamu kuat terus seperti itu siapa? tanya Gus Baha, paling kuatmu kalau ketika hutangmu banyak."

 

"Misal uangmu banyak dan yang membodohimu juga banyak pasti langsung jatuh kamu."


Meskipun begitu, Gus Baha menjelaskan "jika kamu menikmati perkara yang tidak maksiat, bersikap baik kepada tetangga."


"Tidur juga, anggap saja sedang meninggalkan maksiat."


Yang penting, kata Gus Baha semua perkara halal itu dinikmati untuk melawan maksiat. "Sebab, separuh dari taat itu kita dapatkan dari kesusahan."


Sehingga yang dinamakan taat itu adalah melakukan perkara wajib dan meninggalkan maksiat.


Demikianlah penjelasan Gus Baha tentang tidak apa-apa tidak banyak ibadah di akhir zaman asal jangan berbuat maksiat.


Penjelasan diatas dilansir Pustaka Amadda dari channel youtub Santri Official pada 9 Mei 2022.


Wallahu A'lam. 

Minggu, 08 Mei 2022

Cara Mendidik Anak Ala Nabi Begini Kata Gus Baha

Pendidikan adalah hal utama bagi setiap manusia. Tentunya dengan pendidikan diharapkan menjadi manusia solih yang berilmu namun mempunyai adab atau akhlak yang baik. 


Banyak sekali teori-teori tentang pendidikan yang patut untuk di aplikasikan dalam kehidupan ini demi masa depan generasi yang lebih baik dan beradab. Namun bagaimanakah pendidikan yang tepat untuk seorang anak? 


Tentunya disini sebagai umat islam patut mencontoh cara mendidik Rasulullah pada seorang anak sebagaimana di sampaikan oleh Gus Baha. 


Dengan adanya pendidikan kita akan mengerti segala sesuatu yang dulunya tidak bisa kita pahami. Namun, dalam dunia pendidikan tidak semua bisa disamakan. Semua sesuai jenjang dan fashion dari setiap individu. Perlu diketahui juga untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat itu dengan ilmu.  Maka dari itu ilmu bisa didapatkan melalui pendidikan. 

Kemampuan yang dimiliki setiap orang dalam masalah pendidikan itu tidak sama, sehingga harus ada metode dan strategi dalam mendidik. Begitu pula dalam mendidik anak-anak, yang tentu butuh banyak pendekatan agar bisa memahami karakter dari seorang anak.


KH Bahauddin Nur Salim atau dikenal dengan Gus Baha dalam salah satu majlis ilmu menjelaskan perihal mendidik anak-anak ala nabi Muhammad Saw. Beliau menggambarkan bagaimana nabi Muhammad Saw mendidik anak kecil.


“Dalam beberapa riwayat sangat masyhur bahwa saat nabi Muhammad Saw shalat, Hasan dan Husein selalu mengikuti nabi dan bahkan meminta gendong, dan nabi pun menggendongnya”. Ucap Gus Baha


Dalam riwayat tersebut nabi Muhammad Saw tidak memarahi Hasan dan Husain yang ingin manja kepada beliau saat beliau sedang beribadah. Nabi Muhammad Saw malah memanjakan kedua cucunya dengan menggendong mereka.


“Hasan dan Husein itu adalah cucu nabi Muhammad Saw, sehingga sangat wajar mereka ingin bermanja-manja dengan nabi Muhammad Saw, dan nabi memberikan contoh dengan menyayangi mereka walau beliau sedang ibadah”. Ucap Gus Baha


“Dunainya anak kecil itu ya bermain, kalau kita melarang mereka bermain sama saja kita menghilangkan dunia mereka, betapa meraka akan merasa sedih”. Ucap Gus Baha lagi


Artinya, biarkan mereka bahagia dengan dunia mereka sendiri. Kita yang sedang ibadah lanjutkan saja ibadah tidak usah merasa terganggu dengan kehadiran mereka yang ingin bermain.


Hal itu sudah dicontohkan oleh nabi Muhammad Saw dengan dua cucunya yaitu Hasan dan Husain.


Terkadang seseorang masih banyak yang merasa terganggu dengan kehadiran anak kecil di tempat ibadah.


Harusnya itu menjadi kesempatan untuk mendidik mereka dengan mengenalkan cara beribadah agar kelak menjadi penerus para ahli agama.


Tentunya dengan cara yang baik agar mereka bisa memahami makna ibadah.


Jangan hanya dilarang tapi harusnya ditemani bermain dan diberikan pendidikan secara perlahan dengan cara memahami dunia mereka agar mereka mau mendengarkan kita sebagai pelaku pendidik.


Wallahu A'lam. 

KALIMAT DAHSYAT YANG PERLU DIAMALKAN BAGI YANG INGIN HUTANG LUNAS KETEMU JODOH DAN PUNYA MOMONGAN INI KATA GUS BAHA

Gus Baha ulama milenial yang di kagumi oleh semua kalangan.  Nama lengkap beliau adalah KH Ahmad Bahauddin Nursalim yang dalam menyampaikan suatu ilmu sangat mudah untuk dipahami.   


Suatu ketika beliau mengungkap kalimat yang sangat dahsyat yang apabila sering diamalkan maka segala bentuk kesusahan tidak akan mendekatinya. Bahkan bagi yang banyak hutang akan dipermudah untuk bisa membayar hutangnya begitu juga bagi yg sulit mendapat momongan akan segera di berikan momongan dan semua itu atas kuasa dan kehendk Allah Swt. 

 

Gus Baha yang mana merupakan murid kesayangan Mbah Moen Rembang mengatakan bahwa orang yang sering mengamalkan  kalimat thayyibah ini akan mengalami banyak kemudahan dalam hidupnya sehingga dijauhkan dari segala kesusahan. 


Dalam pengajiannya bersama santri-santrinya, Gus Baha menyebutkan bahwa orang-orang yang seperti ini yang sering mengamalkan hal ini tak akan pernah kesusahan dan terlilit hutang.


Artinya, amalan satu ini akan mempermudah hidup dan melapangkan rezeki seseorang jika konsisten dan istiqomah diamalkan.


Dalam hidup ini tidaklah semua dilalui dengan mudah, justru seringkali dalam perjuangan hidup seringkali bertemu dengan segala problem-problem yang menyusahkan. Namun itu semua harus di sikapi demgan arif dan tetep memohon kepada Allah agar diberikan kemudahan dalam menjalani hidup. 


Diantara sekian kesusahan seseorang ada yang terlilit hutang hingga menumpuk sampai belum bertemu jodohnya padahal usia sudah memasuki umur yang lebih dari cukup untuk menikah atau ada juga yang sudah sekian tahun menikah belum di beri momongan.


Nah, satu kalimat thayyibah yang dahsyat ini bisa membuat hutang lunas, mendapat momongan, hingga dipertemukan dengan jodoh. Satu kalimat dahsyat ini bisa mengatasi semua masalah kehidupan ujar murid kesayangan dari Mbah Moen tersebut.


Lalu apa satu kalimat yang dahsyat yang dimaksud oleh Gus Baha tersebut?


Gus Baha kemudian mengisahkan tentang ulama bernama Hasan Bashri. Ulama tersebut pernah memberi satu solusi kepada orang-orang yang terkena masalah. Solusi tersebut adalah membaca sebuah kalimat secara rutin dan konsisten.


Dengan membaca satu kalimat tersebut secara konsisten serta istiqomah, maka semua masalah bisa tuntas. Kata Hasan Bashri, satu kalimat tersebut dapat menjadi solusi untuk yang belum mendapat momongan, untuk rezeki yang seret, serta yang sedang banyak hutang.


“Solusinya istighfar, kamu perbanyaklah beristighfar,” kata Gus Baha mencuplik perkataan Hasan Bashri.


“Kalau sudah diampuni Allah, pasti akan terkabul semua. Jadi yang penting istighfar dulu,” ujar Gus Baha.


Dengan istighfar, Allah akan meringankan masalah kita dengan ampunan-Nya.


“Tidak mendapat jodoh solusinya istighfar, tidak punya anak solusinya istighfar, punya hutang banyak solusinya istighfar,” imbuh Gus Baha.


Insya Allah, bila kita terlilit hutang, atau bila belum bertemu jodoh, atau belum dikaruniai anak, maka kita pun bisa mendapat jalan keluar.


Demikianlah penjelasan Gus Baha mengenai satu kalimat dahsyat yang bisa menyelesaikan seribu masalah.


Keterangan tersebut dilansir Pustaka Amadda dari channel YouTube Student Official.


Semoga bermanfaat. Wallahu A'lam. 

Rabu, 18 Agustus 2021

Tujuan Utama Pernikahan

Pernikahan itu merupakan seremonial pembeda antara manusia yang katanya paling sempurna di muka bumi dengan makhluk hidup lainya. 

Dalam pernikahan terdapat proses yang sangat kompleks yang melibatkan fisik, pikiran, mental, perasaan, dan keberanian dalam menempuh kehidupan yang berbeda karena saat itu seseorang mulai memvariasikan hidupnya dengan mencoba menjadi bagian dari hidup orang lain dan menjalin hubungan yang berasaskan saling melengkapi untuk mencapai kebahagiaan yang ditempuh bersama.

Dan sasaran utama tujuan pernikahan dalam Islam ialah untuk menundukkan pandangan serta membentengi diri dari perbuatan keji dan kotor yang dapat merendahkan martabat seseorang. Dalam Islam, sebuah pernikahan akan memelihara serta melindungi dari kerusakan serta kekacauan yang ada di masyarakat.

Menikah dalam islam adalah membangun kehidupan yang lebih baik lagi. Hal ini sudah dapat dibuktikan jika kehidupan setelah menikah akan membawa seseorang untuk menjalankan kehidupannya lebih baik dan berfaedah bagi kehidupannya di masa mendatang.

Wallahu A'lam.

Sabtu, 02 November 2019

FILOSOFI NAHWU BAB NA'AT


Alhamdulillah kegiatan hari sabtu, 02 November 2019 dalam rangka PPL PPG di MTs N 3 Banjarmasin berjalan dengan lancar. Setelah selesai, Aku dan teman-teman pun berpamitan dengan guru pamong. Waktu telah menunjukan pukul 11. 45, sebentar lagi masuk waktu shalat duhur. Akhirnya kuputuskan untuk menuju masjid dekat MTs N 3 Banjarmasin untuk menunggu masuknya waktu shalat duhur. 

Sambil menunggu adzan dikumandangkan, terlintas dalam ingatan tentang materi pelajaran nahwu bab na'at dan filosofinya ketika ngaji dipesantren. Teringat filosofi na'at man'ut ini mungkin karena tadi sebelum pamitan dengan guru pamong aku dan teman-teman saling bertukar pengalaman mengajar di madrashnya masing-masing terutama terkait karakter para peserta didik. Memang apa kaitannya nahwu bab na'at dengan karakter peserta didik??

Pada saat dipesantren, Kyai Mushonif Faiz menjelaskan pelajaran nahwu tentang na'at man'ut dalam kitab jurumiyah, beliau juga menjelaskan filosofi yang terkandung didalamnya.

بَابُ اَلنَّعْتِ
اَلنَّعْتُ تَابِعٌ لِلْمَنْعُوتِ فِي رَفْعِهِ وَنَصْبِهِ وَخَفْضِهِ، وَتَعْرِيفِهِ وَتَنْكِيرِهِ; تَقُولُ قَامَ زَيْدٌ اَلْعَاقِلُ، وَرَأَيْتُ زَيْدًا اَلْعَاقِلَ، وَمَرَرْتُ بِزَيْدٍ اَلْعَاقِلِ.

BAB NA'AT
Na'at (sifat) adalah isim yang Tabi' (ikut) kepada man'ut (yang di ikuti) di dalam Rofa'-nya, nashob-nya, khafad-nya, Ma'rifat-nya, dan nakiroh-nya, kamu mengatakan قَامَ زَيْدٌ اَلْعَاقِلُ (Telah berdiri Zaid -yang berakal-) dan َرَأَيْتُ زَيْدًا اَلْعَاقِلَ (aku telah melihat Zaid -yang berakal-) dan مَرَرْتُ بِزَيْدٍ اَلْعَاقِل (Aku melewati Zaid -yang berakal-).

Filosofi yang beliau sampaikan waktu itu adalah bahwa seseorang hendaknya mencari teman yang  baik karena teman itu ibarat man'ut. Kalau man'utnya baik maka kita pun akan menjadi na'at yang baik. Ketika man'utnya رفع Maka Na'atnya pun harus  رفع begitu juga ketika man'utnya خفض maka na'atnya pun harus خفض karena na'at itu ikut dalam i'robnya man'ut. 

Disini man'ut yang beri'rob رفع dimaksudkan  sebagai teman yang sudah tinggi ilmunya dan luhur akhlaknya. Sedangkan man'ut yang beri'rob خفض dimaksudkan sebagai teman yang Rendah ilmunya maupun akhlaknya. Maka bagi santri sudah seharusnya untuk berteman dengan teman yang tinggi ilmunya dan luhur akhlaknya agar mendapatkan manfaat dari pertemanan itu, Begitulah Kyai Mushonif Faiz menjelaskan. Filosofi ini sesuai dengan salah satu bait-bait dalam kitab Alaa laa;

عَنِ الْـمَرْءِ لاَ تَسْأَلْ وَسَلْ عَنْ قَرِيْنِهِ # فَكُلُّ قَرِيْنٍ بِالْـمُقَارَنِ يَقْتَدِيْ
فَاِنْ كَانَ ذَا شَرٍّ فَجَنِّبْهُ سُرْعَةً # فَاِنْ كَانَ ذَا خَيْرٍ فَقَارِنْهُ تَهْتَدِيْ

JO TAKON SONGKO WONG SIJI TAKONO KANCANE.
KERONO SAKTEMENE KANCA MANUT KANG NGANCANI.
YEN ONO KONCO OLO LAKONE NDANG DOHONO.
YEN ONO KONCO BAGUS ENGGAL NDANG KANCANONO

Artinya : "Janganlah engkau bertanya tenteng kepribadian orang lain lihat saja temannya,karena seseorang akan mengikuti apa yang dilakukan teman-temannya, bila temannya tidak baik maka jauhilah dia secepatnya, dan bila temannya baik maka temanilah dia kamu akan mendapatkan petunjuk."

Sementara bab na'at kaitannya dengan profesi guru dan murid, sangat jelas sekali bahwa guru itu digugu dan ditiru. Guru sebagai man'ut yang diikuti siswa sebagai na'at. Jika gurunya رفع maka muridnya pun رفع dan seterusnya.

Artinya jika guru selalu menunjukan sikap atau kpribadian baik, rutin mendoakan murid-muridnya dan ikhlas maka muridnya pun akan terpengaruh aura positif dari gurunya tersebut. Akhirnya, murid-muridnya pun mempunyai kepribadian yang baik pula. Nah, itulah yang dijelaskan guru pamong bahwa guru harus punya karakter atau kpribadian yang baik yang selalu mencontohkan dalam tindakan bukan hanya sekedar dalam kata-kata saja.

Filosofi na'at man'ut ini sesuai dengan petuah dari guru pamong diatas. Inilah sebenarnya poin paling penting dari seorang guru yaitu memiliki kpribadian yang baik, ikhlas dan selalu mendoakan murid-muridnya setiap selesai sholat.

Namun pikiranku semakin liar, Bagaimanakah jika dalam hubungan suami istri?? Apakah istri yang baik itu karena adanya suami yang baik?? Bagaimana menurutmu?? Adapun suami yg sukses itu karena adanya istri yang hebat yang benar-benar dicintai dengan tulus oleh suaminya. 

Membayangkan hal itu membuatku semakin menggebu-gebu untuk segera memilikimu. Memilikimu dalam kehalalan menjadi harapanku. Namun, lebih dari itu semoga aku bisa menjadi man'ut yang baik untukmu selaku na'at. Pilihlah aku untuk menjadi man'utmu. Sebuah lagu dari Sheila On7 kupersembahkan buat adinda tercinta.

"PILIHLAH AKU"
Sadarkah kau kusayangi
Sadarkah untukmu ku bernyanyi
Terbacakah niat tulus ini
Degup jantung kian terbisik
Kadang kata tak berarti
Kalau hanya kan sakiti
Diam bukanlah tak ingin
Degup jantung kian terbisik
Tanda cinta yang bersemi
Aku yang kan mencintaimu
Aku yang kan slalu mendampingimu
Bila bahagia yang akan kau tuju
Bila butuh cahaya tuk menemanimu
Pilihlah aku
Aku yang kan mencintaimu
Aku yang kan slalu mendampingimu
Bila bahagia yang akan kau tuju
Bila butuh cahaya tuk menemanimu
Pilihlah aku
Jangan sempatkan berlalu
Kalau karyaku yang kau tunggu
Jangan hanya aku yang tahu
Aku cinta padamu
Mohon warnai jiwaku
Maukah hidup bersamaku

WALLAHU A'LAM BISSHOWAB

Minggu, 21 Juli 2019

FILOSOFI AIR MUTANAJIS ADINDA JANGAN ENGKAU PILIH LELAKI YANG SEPERTI AIR MUTANAJIS


Adinda, Lelaki yang seperti air mutanajis itu adalah lelaki yang akhlaknya tidak baik karena sudah tercemar dengan kotoran-kotoran maksiat sehingga perilakunya menjadi tidak baik. Jika lelaki ini akhlaknya sendiri sudah tidak baik maka tidak akan bisa membawamu menjadi lebih baik.

Adinda, Pertimbangkan kembali bila kamu didekati lelaki yang seperti ini walaupun dia membawa dunia beserta isinya untuk dirimu. Namun bila kamu tetap mau menerimanya maka kamu harus berusaha dengan sekuat tenaga agar bisa membuatnya menjadi baik.


Adinda, Temukanlah cinta sejatimu dengan penuh kehati-hatian. Jangan sampai kesucian akhlakmu tercemar menjadi najis karena terpengaruh oleh lelaki yang seperti air mutanajis tersebut. Akhlak baikmu dan rasa malumu jangan sampai hilang hanya karena kamu terpesona ketampanan dan materi yang dia punya. 

Adinda, kamu adalah makhluk Tuhan yang paling indah dan harus selalu dijaga. Keindahanmu akan selalu menimbulkan dua hal yaitu fitnah dan kebahagiaan. Jika lelaki memperlakukanmu dengan sebaik-baiknya maka akan ada kebahagiaan disitu. Namun sebaliknya jika seorang lelaki memperlakukanmu dengan perlakuan yang buruk maka akan ada fitnah-fitnah yang terjadi.


Adinda, ketahuilah Air mutanajis adalah air yang terkena barang najis yang volumenya kurang dari dua qullah atau volumenya mencapai dua qullah atau lebih namun berubah salah satu sifatnya—warna, bau, atau rasa—karena terkena najis tersebut.

Air sedikit apabila terkena najis maka secara otomatis air tersebut menjadi mutanajis meskipun tidak ada sifatnya yang berubah.

Sedangkan air banyak bila terkena najis tidak menjadi mutanajis bila ia tetap pada kemutlakannya, tidak ada sifat yang berubah. Adapun bila karena terkena najis ada satu atau lebih sifatnya yang berubah maka air banyak tersebut menjadi air mutanajis.

Air mutanajis ini tidak bisa digunakan untuk bersuci, karena dzatnya air itu sendiri tidak suci sehingga tidak bisa dipakai untuk menyucikan. Wallahu A'lam.


Minggu, 14 Juli 2019

PEMBAGIAN KALIMAT DALAM BAHASA ARAB BESERTA FILOSOFINYA

Nahwu adalah kaidah yang digunakan untuk mengetahui jabatan setiap kata dalam suatu kalimat, mengetahui harakat akhir dan mengetahui tata cara meng-i’rab-nya. Kata dalam Bahasa Arab terbagi menjadi tiga:

1. Isim 
Isim adalah setiap kata yang menunjukkan kepada manusia, hewan, tumbuhan, benda mati, tempat, waktu, sifat atau makna-makna yang tidak berkaitan dengan waktu. Bisa juga disebut dengan kata benda.

Jadilah engkau layaknya isim yang independent dan mandiri tidak merepotkan orang lain serta tidak terkait dengan waktu, engkau menjadi dirimu sendiri apa adanya tanpa perlu berpura-pura. Segala sesuatu yang engkau hasilkan adalah karena jerih payahmu sendiri.

Baca Juga Puncak Rindu Komunikasinya Adalah Doa

2. Fi’il 
Fi’il adalah setiap kata yang menunjukkan kejadian sesuatu pada waktu tertentu. Bisa juga disebut dengan kata kerja.

Engkau selalu terikat dengan waktu. Kamu bisa berubah-rubah seperti bunglon. Kamu harus tahu cara menghadapi berbagai macam orang yang berbeda-beda. Melakukan segala sesuatunya dengan penuh pertimbangan. 

3. Harf (Huruf) 
Huruf adalah setiap kata yang tidak bermakna kecuali jika bersama dengan kata yang lain.

Ah, adakalanya engkau tidak bisa melakukan semuanya sendirian. Engkau harus mempunyai pasangan agar hidupmu semakin sempurna dan bermakna. Maka segera temukan pasanganmu agar hidupmu bahagia. 


Minggu, 07 Juli 2019

DELAPAN NASIHAT SANG SUFI HATIM AL-ASHOM

Untaian nasihat dari sufi generasi terdahulu “Delapan Nasihat Hatim”. Nama lengkap hatim adalah Abu Abdur Rahman Hatim bin Unwan Al Ashamm (“si Tuli”), seorang sufi generasi awal dari pribumi Balkh, adalah murid Syaqiq al-Bakhi. Hatim mengunjungi Baghdad dan meninggal dunia di Wasyjard di dekat Tirmiz pada tahun 237 H/852 M.

Cintailah amal saleh, ia dapat memutuskan rantai kepemilikanmu kepada dunia, ia akan menjadi penerang kuburmu, pendampingmu disana dan tidak meninggalkanmu sendirian.

Taatilah perintah Allah dengan ridha, karena dengan keridhaan pada ketaatan-Nya maka keinginan hawa nafsumu akan terbelenggu (QS 79:40).

Sedekahkanlah bagian duniamu kepada Allah Ta'ala, karena apa yang ada disisimu semua akan lenyap, sedekah adalah tabunganmu disisi Allah, dan apa yang ada disisi-Nya adalah kekal (QS 16:96)

Bertaqwalah kepada Allah SWT, karena disitu tersimpan Kemuliaan dan Keagunganmu (QS 49:13) sebagai suatu anugerah ketaqwaanmu kepada-Nya.

Ridhalah kepada semua ketentuan Allah SWT, karena pembagian dari Allah sudah ditentukan sejak azali (Qs 43:32). Tanpa keridhaan pada semua ketentuan Ilahi, maka engkau akan dihinggapi hasud, penyakit Iblis yang timbulkan iri dan dengki karena harta, kedudukan, dan ilmu yang akan timbulkan saling cela dan gunjing diantaramu. 

Musuhilah syeitan, ia adalah musuh yang sangat nyata bagimu (QS 35:6). Ia mewujud dari semua hasrat , keinginan, penguasaan, dan kepemilikanmu; Ia muncul menjadi berbagai bentuk nafsu dan syahwat, yang akan mengikatkanmu kepada materi, duniawi, dan segala maksiat.

Putuskan semua harapanmu dari selain Allah, jangan terpedaya dengan rasa takut akan rezekimu, Dia yang maha Pemberi telah menjamin dan menanggung semua rezeki makhluk-Nya (Qs 11:6), tanpa kecuali. Karena itu, perhatikan pencarian kehidupanmu dari syubhat, dari halal dan haram, dari yang menghinakan dirimu, dari yang merendahkan kedudukanmu. 

Bertawakkalah kepada Allah SWT semata (QS 65:3). Dialah yang akan menjaminmu, mencukupkan keperluanmu, dimanapun kamu berada, dalam keadaan apapun. Jangan gantungkan dirimu pada tali gantungan syeitan yaitu uang, kekayaan, kekuasaan, kerajaan, pekerjaan, dan bergantung kepada makhluk lainnya. Gantungkan dirimu hanya pada Kehendak Allah SWT semata. 

Jumat, 05 Juli 2019

FILOSOFI AIR MUSTA'MAL ~ SEBESAR APA PUN DOSA SESEORANG ~ ALLAH TETAP MAHA PENGAMPUN

Di dalam fiqih Islam air adalah termasuk alat untuk bersuci, baik bersuci dari hadas maupun dari najis. Dengannya seorang Muslim bisa melaksanakan berbagai ibadah secara sah karena telah bersih dari hadas kecil, hadas besar dan najis dengan bersuci menggunakan air.

Mengingat begitu pentingnya air dalam sahnya beribadah, fiqih Islam mengatur sedemikian rupa perihal air, dari membaginya dalam berbagai macam kategori hingga menentukan hukum-hukumnya.

Salah satunya adalah air musta'mal yaitu air yang telah digunakan untuk bersuci baik untuk menghilangkan hadas seperti wudlu dan mandi ataupun untuk menghilangkan najis.

Air musta’mal ini tidak bisa digunakan untuk bersuci apabila tidak mencapai dua qullah. Sedangkan bila volume air tersebut mencapai dua qullah dan tidak berubah sifat-sifatnya maka air musta'mal tersebut bisa digunakan untuk bersuci dan sudah tidak disebut sebagai air musta'mal lagi.

Filosofinya adalah sejahat dan sebesar apapun dosa-dosa manusia masih ada kesempatan untuk membersihkan dirinya dari dosa-dosa yang pernah dilakukan yaitu dengan cara taubat pada Allah swt. Sebenar-benarnya taubat adalah taubatan nasuha.

Jika sudah bertaubat dengan sebenar-benarnya, kemudian diiringi dengan selalu melakukan ketaatan pada yang maha kuasa disertai melakukan kebajikan terhadap sesama maka dirinya ibarat air musta'mal yang jumlah volumnya sudah bertambah dan bisa digunakan untuk bersuci lagi. Akhirnya bisa memerankan dirinya menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama.


Perlu di ingat bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang paling memberi manfa'at pada manusia lainnya.  Jadi sebesar apapun dosa itu janganlah berputus asa dari ampunan dan rahmat Allah swt. Karena DIA maha pengampun dan maha pengasih. 

Dengan itu semua, sudah tidak bisa disebut lagi sebagai pendosa tapi sebagai hamba yang taat dan bajik. Wallahu A'lam.

Senin, 01 Juli 2019

CINTA ITU TIDAK MENYAKITI DAN SABAR KETIKA DISAKITI

Mencintai itu tidak cukup dengan tidak melukai yang dicinta. Tapi juga harus bersabar saat dilukai oleh yang dicintai. "Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin"

Membahas cinta memang tidak akan pernah ada tuntasnya. Karena roda penggerak kehidupan didunia ini adalah cinta. Tanpa ada cinta sudah hancur lebur lah berantakan dunia ini. Perang dunia akan kembali terulang. Masa jahiliah pun bisa terulang kembali. Dengan adanya cinta, kemudian dunia ini menemukan keseimbangannya. Dalam cinta itu semua terkandung arti-arti yang positif seperti empati, simpati, menghargai, menolong, tidak mendendam, tidak berkhianat dan lain-lain.

Dalam interaksi manusia, baik interaksi individu maupun kelompok akan terjadi ketentraman dan kenyaman bila semua didasarkan pada rasa cinta. Seseorang yang sudah bercinta ego dalam dirinya akan lenyap, dalam dirinya hanya ada tujuan menyenangkan dan membahagiakan pasangannnya. Bohong, jika seseorang mengaku cinta tapi ekspresi dirinya dalam berprilaku tidak mencerminkan seorang pecinta. Pecinta sejati sudah tidak kenal amarah dan membenci. Dalam dirinya yang terfikirkan hanya kebaikan kekasihnya.

Maka cinta bagi seorang pecinta sejati adalah tidak cukup tidak melukai sesorang yang dicinta tapi juga bersabar saat dilukai oleh yang dicintai. Inilah kesejatian cinta. Jika memang mengaku cinta harusnya seperti ini lah eksperi prilaku cintanya. Cinta seperti ini lah yang bisa menuntun manusia semakin kuat spiritualnya. Banyak para wali yang sampai pada makam ma'rifatullah karena cinta sejati yang seperti ini. Semakin besar rasa cinta maka semakin spiritual hati dan prilakunya. Jangan mengaku mempunyai cinta sejati jika cinta itu tidak membuatnya selalu mengingat Allah swt. 


Seperti cinta Zulaikha pada Yusuf a.s, Yang mana berawal dari cinta yang memaksakan dirinya untuk memiliki Yusuf, namun kemudian berubah menjadi cinta yang mengikhlaskannya dan menyadari bahwa kesejatian cinta adalah memikirkan kebaikan Yusuf. Cinta yang membuat ego zulaikha hilang yang ada dalam pikirannya hanya Yusuf seorang, kemudian cinta inilah yang membawa Zulaikha bersatu dengan Yusuf dan mengantarkannya pada ma'rifatullah. Wallahu A'lam


Minggu, 07 April 2019

Makna Isra' Mi'raj Dari Sudut Pandang Yang Berbeda " Tujuh Tahapan Manusia Sebelum Bertemu Sang Pencipta"

Tiap orang islam yang mendalami ajaran agama islam pasti sangat tahu akan peristiwa luar biasa yang dialami baginda Nabi Muhammad SAW. Yaitu isro mi'roj sebagai suatu mukjizat. Suatu peristiwa yang pada saat itu tidak ada yang mempercayainya hingga sahabat Abu Bakar As-siddiq lah yang pertama mempercayainya. 

Semua orang islam pasti tahu bahwa hasil dari peristiwa isro' mi'roj ini adalah Rasulullah SAW menerima wahyu shalat lima waktu yang wajib dilaksanakan bagi orang-orang islam. Awalnya kewajiban sholat dalam sehari semalam adalah 50 waktu. Namun Karena anjuran dan kasih sayang Nabi Musa terhadap umat Muhammad, ia menyarankan agar Nabi Muhammad minta pengurangan. Hingga akhirnya Allah Ta’ala menjadikannya hanya 5 waktu saja.

Dikesempatan kali ini penulis tidak akan membahas detailnya peristiwa isro mi'roj tersebut. Bila ada yang ingin mengetahui detailnya maka bisa searching dimesin google. Sudah banyak sekali situs-situs yang membahas hal tersebut. 

Disini penulis lebih tertarik untuk membahas tahapan-tahapan Rasulullah SAW ketika naik dari satu langit ke langit berikutnya dan memaknainya dari sudut pandang yang berbeda. Dalam tujuh langit yang dilewati, Rasulullah bertemu para Nabi-Nabi terdahulu.

Nah, pertemuan Rasulullah ditujuh langit tersebut dengan para Nabi-Nabi terdahulu, penulis maknai sebagai tahapan-tahapan manusia sebelum bertemu sang pencipta. Jadi, maknanya adalah ada tujuh tahapan atau proses yang harus dilewati dengan sebaik-baiknya oleh manusia sebelum menghadap Allah SWT. 

Tahapan atau langit pertama Rasulullah bertemu dengan Nabi Adam As. Seperti yang kita ketahui bahwa Nabi Adam As adalah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT. Ketika Nabi Adam masih disurga, Allah memanjakan Nabi  Adam dengan kenikmatan-kenikmatan surga. Apa yang ada di dalam surga boleh dinikmatinya kecuali buah khuldi. 

Hal ini menunjukan bahwa proses atau tahapan manusia yang pertama adalah dimulai dari lahir sampai umur 10 tahun. Pada masa ini manusia keluar dari rahim ibunya setelah dikandung selama 9 bulan. 

Masa-masa ini adalah masa-masa ketika orang tua memanjakannya dengan berbagai kesenangan, hampir apapun yang dimintanya,  orang tua tidak kuasa menolaknya. Ketika nabi Adam as kesepian maka di ciptakanlah hawa. sedangkan manusia pada tahapan ini akan dibelikan berbagai mainan sebagai teman bermain.

Tahapan atau langit kedua Rasulullah bertemu dua Nabi sekaligus yaitu Nabi Yahya dan Isa. Pertemuanya dengan dua Nabi dapat diartikan bahwa manusia pada umur 11 s.d 20 tahun sudah tidak mau bermain sendirian, tetapi butuh teman bermain bersama. Sudah mulai memperluas pergaulan dengan memperbanyak teman. Namun pada umur tersebut, sebagai orang tua harus mulai mengontrol dengan ketat. Orang tua harus bisa memposisikan dirinya tidak hanya sebagai orang tua namun juga bisa sebagai sahabatnya. Pada umur tersebut  kondisi mentalnya masih labil hingga butuh seorang teman yang dapat memahaminya. Jika orang tua tidak bisa menjadi sahabatnya maka tidak heran kalau sang anak mencari perhatian dan teman curhat diluar rumah. 

Tahapan atau langit ketiga Rasulullah bertemu dengan nabi yang tertampan yaitu Nabi Yusuf As. Ini artinya manusia pada fase ketiga yaitu ketika umur 21 s.d 30 sudah nampak ketampanan dan kecantikannya. Pada umur ini seperti halnya yang dialami Nabi Yusuf banyak godaan-godaan dari lawan jenis. Jika tidak mampu menahannya maka akan terjerumus. Maka dari itu, manusia pada umur tersebut ketika mendapatkan godaan-godaan lawan jenis harus bisa menahanya seperti halnya Nabi Yusuf As yang digoda Zulaikha. Maka untuk mencegah perbuatan tercela dengan lawan jenis adalah bersegera menikah ketika sudah masuk pada fase ini.

Tahapan atau langit keempat Rasulullah Saw bertemu dengan Nabi Idris As. Dikatakan bahwa asal mula nama Idris berasal dari kosakata bahasa Arab, "darasa" yang memiliki arti belajar. Ia dijuluki demikian karena ia banyak sekali mempelajari ilmu, ia dianggap pula sebagai penemu tulisan dan alat tulisnya. Artinya manusia pada fase umur 31 s.d 40 tahun harus sudah punya karya tetap yang bermanfaat bagi orang lain. Karya disini juga bisa diartikan sebagai pekerjaan tetap yang dilakoninya.

Tahapan atau langit kelima Rasulullah Saw bertemu dengan Nabi Harun As. Nabi Harun diriwayatkan fasih berbicara dan mempunyai pendirian tegas dalam mengikuti Musa saat menyampaikan dakwah kepada raja-raja yang sesat. Dari sini dapat kita pahami bahwa manusia ketika umur 41 s.d 50 harus benar-benar hati-hati dalam mengatakan dan melakukan sesuatu. Fasihnya Nabi Harun ketika berbicara itu menunjukan bahwa apa yang dilakukan atau diputuskan manusia pada fase ini  harus benar-benar dengan pertimbangan yang sudah matang. Fasih itu berarti baik pelafalanya dan tidak salah. Dengan demikian manusia pada fase ini harus fasih yaitu harus sudah benar-benar baik prilakunya. 

Tahapan atau langit keenam Rasullah bertemu dengan Nabi Musa As. Pada suatu ketika Musa berbicara di hadapan Bani Israil, kemudian ada seseorang yang bertanya, ‘Siapakah orang yang paling pandai itu?’ Musa menjawab, ‘Aku.’

Dengan ucapan itu, Allah mencelanya, sebab Musa tidak mengembalikan pengetahuan suatu ilmu kepada Allah. Kemudian Allah mewahyukan kepada Musa, ‘Sesungguhnya Aku memiliki seorang hamba yang berada di pertemuan antara laut Persia dan Romawi, hamba-Ku itu lebih pandai daripada kamu!’

Diceritakan bahwa Musa As disuruh bertemu Khidir agar belajar yang namanya ilmu hakikat. Artinya buat manusia yang berada pada tahapan ini yaitu ketika umur 51 s.d 60 sudah tidak lagi menyimpan didalam hatinya sifat sombong, riya dan sum'ah. Sudah saatnya untuk belajar yang namanya hakikat dan tasawuf agar hatinya benar-benar bersih. 

Tahapan atau langit ketujuh Rasulullah Saw bertemu dengan Nabi Ibrahim As. Nabi Ibrahim AS dijuluki Khalilullah atau Kekasih Allah. Allah telah menganugerahkan keistimewaan yang setinggi itu kepada Nabi Ibrahim As. Ini menujukan bahwa manusia pada fase terkahir ini yaitu umur 61 keatas harus sudah benar-benar dekat dengan Allah swt. Apapun yang dilakukannya hanya semata-mata karena Allah Swt sebagai kekasih. Sudah tidak lagi nemikirkan lagi yang namanya duniawi. pensiun dari berbagai rutinitas keduniawian, tidak ada lagi kekasih kecuali Allah Swt. 

Suatu hari Malaikat Maut (Izrail) mendatangi Nabi Ibrahim As, Sang Kekasih Allah, untuk mencabut nyawanya, Ibrahim lantas berkata,” Hai Malaikat Maut, pernah kamu melihat ada kekasih mencabut nyawa kekasihnya sendiri?” Izrail lalu naik ke langit untuk mengadukan kepada Allah jawaban Ibrahim itu. 

Lalu Allah berfirman menyuruh Izrail bertanya kepada Ibrahim, “Apakah kamu pernah melihat seorang kekasih yang tidak suka bertemu dengan kekasihnya?” Izrail pun turun untuk menyampaikan pesan itu. Dan Ibrahim lalu berkata,”Cabutlah nyawaku saat ini juga. 

Dari sini dapat kita pahami bahwa pada umur 61 tahun keatas, manusia harus sudah siap di ambil nyawanya untuk bertemu dengan sang pencipta.

Ketujuh makna tahapan-tahapan yang sudah penulis sampaikan merupakan renungan yang bersifat kalbu dari peristiwa isro mi'roj Rasulullah Saw. Semoga bermanfaah. Wallahu A'lam.

Sabtu, 06 April 2019

Kaki Kursi Yang Patah Mengingatkanku Padamu "Apakah Kamu Pasanganku"

Bel masuk kelas dipagi hari telah berbunyi tepat pukul 07.00 wib. Aku langkahkan kakiku menuju kelas 7A sambil membawa perangkat pembelajaran yang diperlukan. Setelah didalam kelas, aku ucapkan salam terlebih dahulu kepada para peserta didik sebelum duduk di kursi untuk berdoa bersama.

Namun, Ketika aku duduk dikursi yang tersedia tiba-tiba kursi tersebut terjungkal hingga menjatuhkan diriku. Ternyata salah satu kaki kursi tersebut telah rusak hingga tidak kuat menahan beban tubuhku. Padahal berat tubuhku tidak lah lebih dari 45 Kg. 

Setelah kursi tersebut diganti dengan yang lebih baik , Pembelajaran didalam kelas dilanjutkan kembali dan  berlangsung dengan baik. Ya, setiap pembelajaran yang ku pegang sebisa mungkin kulaksanakan dengan sebaik-baiknya dan melihat anak-anak senang serta tersenyum puas karena memperoleh pengetahuan yang baru membuatku bersukur pada Allah SWT.

Ketika bel tanda berakhir pembelajaran telah berbunyi, Ku tinggalkan kelas menuju kantor. Didalam kantor sambil menyeruput kopi ingatanku kembali pada kursi yang rusak tadi didalam kelas. Dari situ ku merenung, ternyata untuk meraih sebuah tujuan tidak bisa dilaksanakan dengan sendiri, harus ada patner atau rekanan untuk bekerja sama.

Kursi yang patah tadi tujuannya tentu untuk bisa diduduki dengan nyaman tapi tujuan itu tidak tercapai karena salah satu kakinya rusak. Kaki kursi yang masih ada merasa tidak mampu dan kesulitan mencapai tujuan setelah salah satu pasangan kaki tersebut rusak. Untuk bisa kembali mencapai tujuan maka kaki kursi yang rusak tersebut harus diperbaiki lagi atau kalau perlu diganti dengan kaki yang baru.

Kalau kita melihat sekeliling kita hampir semua yang namanya makhluk hidup diciptakan berpasang-pasangan. Mungkin berpasangan itu sebagai fitrah makhluk hidup seperti anggota tubuh kita yang hampir semuanya diciptakan berpasangan. Ada yang kanan ada yang kiri.

Dari sini kita harus sadar bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri. Manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang harus berpasangan untuk mencapai tujuan-tujuan besar dan mulia. Ini dapat dilihat dari bagaimana Nabi Adam AS yang senantiasa merasa kesepian sebelum diciptakanya Sayyidah Hawa.

Sekarang tinggal bagaimana tujuan kita dalam hidup ini. Sangat sulit sekali mengarungi kehidupan yang berliku-liku ini tanpa adanya pasangan dalam hidup kita. Berbagi tugas dan bekerja sama akan memudahkan tercapainya sebuah tujuan.

Dengan berpasangan berarti kita telah sempurna sebagai manusia. Maka segeralah cari pasanganmu agar cita-cita dalam hidup didunia dan diakhirat dapat tercapai. Seburuk-buruk kalian, adalah yang tidak berpasangan, dan sehina-hina kematian kalian, adalah yang tidak berpasangan.

Akh, Akhirnya aku teringat kembali dirimu disana. Kamu yang kini sedang diperjungkan oleh kekasihmu. Kamu yang terlewatkan dalam pencarianku. Maafkan aku!

Baca Disini Filosofi Air ~ Pilihlah Lelaki Yang Seperti Air Suci Mensucikan.

Kubuka mata dan kulihat dunia. Tlah kuterima anugerah cintaNya. Tak pernah aku menyesali yang kupunya. Tapi kusadari ada lubang dalam hati.

Kucari sesuatu yang mampu mengisi lubang ini. Kumenanti jawaban apa yang dikatakan oleh hati. Apakah itu kamu Selama ini kucari tanpa henti. Apakah itu cintamu yang mampu melengkapi lubang didalam hati.

Kumengira dialah obatnya. Tapi kusadari bukan itu yang kucari. Ku teruskan perjalanan panjang yang begitu melelahkan. Dan kuyakin kau tak ingin aku berhenti.

Apakah itu kamu selama ini kucari tanpa henti. Apakah itu cintamu yang kan mengisi lubang didalam hati??

Note :
1.
شراركم عزابكم, وأراذل موتاكم عزابكم
Artinya: “Seburuk-buruk kalian, adalah yang tidak menikah, dan sehina-hina mayat kalian, adalah yang tidak menikah.”

Derajat hadits ini DHO’IF (Lemah), sebagaimana dinyatakan oleh syaikh Syu’aib Al-Arnauth rahimahullah.

2.
Album Letto ~ Lethologica Lubang di dalam hati.

3.
“Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah.” (QS. Adz Dzariyaat (51) : 49).

"Maha Suci Allah yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui¡¨ (Qs. Yaa Siin (36) : 36).

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang." (Q.S.Ar Ruum:21).

Rabu, 03 April 2019

4 Kriteria Wanita Dinikahi Dari Sudut Pandang Yang Berbeda lV Karena Agamanya [ لدينها ]

Dalam agama islam memilih menikahi seorang wanita tidak lepas dari 4 kriteria seperti yang disabdakan Nabi Muhammad S.A.W. yaitu karena hartanya, Nasabnya, Kecantikanya dan Agamanya. Namun kali ini kita artikan 4 kriteria ini dengan sudut pandang yang berbeda sehingga bisa menjadi referensi baru dalam memilih calon pasangan.

4. Karena Agamanya [ لدينها ]
Sebelum membaca kriteria yang terakhir ini alangkah lebih baiknya untuk kembali membaca kriteria nomer satu, dua dan tiga terlebih dahulu agar memahaminya bisa sesuai sudut  pandang yang diharapkan.

Setelah kita mempunyai pandangan yang berbeda terkait menikahi wanita karena hartanya, nasabnya dan kecantikanya maka menikahi wanita karena agamanya adalah akumulasi dari semunya.

Artinya menikahi wanita karena agamanya dilihat dari hartanya yaitu dapat di artikan wanita tersebut bisa amanah dalam menjaga harta suaminya, dilihat dari nasabnya artinya wanita tersebut mampu menjaga kehormatan keluarganya hingga nasabnya terjaga dari perbuatan-perbuatan tercela dan dilihat dari kecantikanya artinya wanita tersebut mampu tampil cantik didepan suaminya  serta menutup aurat untuk orang lain.

Itulah sudut pandang yang berbeda yang dimaksud dengan menikahi wanita karena agamanya. Banyak lelaki menikahi wanita karena hartanya artinya hanya mampu amanah dalam mengelola harta suami tapi tidak mampu menjaga nasab keturunananya dari perbuatan tercela sehingga membuat martabat rumah tangga dipandang hina.

Begitu juga banyak lelaki yang menikahi wanita hanya karena kecantikannya artinya hanya mampu menampilkan kecantikan pada suaminya tetapi kurang terampil dalam mengolah nafkah dari suami sehingga tidak mampu membelanjakan nafkah dari suami sesuai dengan kebutuhanya, serta tidak mampu membedakan mana yang kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder.

Kesimpulanya menikahi wanita karena agamanya itu tetap dengan melihat hartanya, nasabnya dan kecantikanya. Tetapi tentunya hal ini dilihat dari sudut pandang yang berbeda sesuai dengan yang telah dijelaskan diawal. Namun daripada itu tidak ada manusia yang sempurna. 

Akhirnya, semua kriteria itu tergantung bagaimana suami mendidiknya hingga sang istri mampu dianggap layak agamanya dengan cara melatih istri bagaimana cara mengolah hartanya,  mengarahkan istri agar nasab keturunannya mulia, dan memuji istri agar senantiasa tampil cantik. Wallahu A'lam.

Note :

1.
Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,

خَيْرُ النِّسَاءِ الَّتِي إِذَا نَظَرْتَ إِلَيْهَا سَرَّتْكَ ، وَإِذَا أَمَرْتَهَا أَطَاعَتْكَ ، وَإِذَا غِبْتَ عَنْهَا حَفِظَتْكَ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا

Sebaik-baik istri adalah wanita yang jika suaminya melihatnya, menyenangkan suaminya, jika diperintahkan suaminya, dia mentaatinya, dan jika suaminya jauh darinya, dia bisa menjaga kehormatan dirinya dan hartanya.(HR. Thayalisi 2444 dan al-Bazzar 8537).

2.
Rasulullah SAW bersabda kepada Umar, “Maukah kuberitahukan sebaik-baik simpanan seseorang? Dia adalah wanita shalihah, yaitu jika suami memandangnya, dia menyenangkannya.”

3.
Rasulullah SAW bersabda “Sebaik-baiknya wanita adalah wanita yang cantik parasnya dan murah maharnya.” (HR. Ibnu Hibban dari Ibnu Abbas r.a)