Tiap orang islam yang mendalami ajaran agama islam pasti sangat tahu akan peristiwa luar biasa yang dialami baginda Nabi Muhammad SAW. Yaitu isro mi'roj sebagai suatu mukjizat. Suatu peristiwa yang pada saat itu tidak ada yang mempercayainya hingga sahabat Abu Bakar As-siddiq lah yang pertama mempercayainya.
Semua orang islam pasti tahu bahwa hasil dari peristiwa isro' mi'roj ini adalah Rasulullah SAW menerima wahyu shalat lima waktu yang wajib dilaksanakan bagi orang-orang islam. Awalnya kewajiban sholat dalam sehari semalam adalah 50 waktu. Namun Karena anjuran dan kasih sayang Nabi Musa terhadap umat Muhammad, ia menyarankan agar Nabi Muhammad minta pengurangan. Hingga akhirnya Allah Ta’ala menjadikannya hanya 5 waktu saja.
Dikesempatan kali ini penulis tidak akan membahas detailnya peristiwa isro mi'roj tersebut. Bila ada yang ingin mengetahui detailnya maka bisa searching dimesin google. Sudah banyak sekali situs-situs yang membahas hal tersebut.
Disini penulis lebih tertarik untuk membahas tahapan-tahapan Rasulullah SAW ketika naik dari satu langit ke langit berikutnya dan memaknainya dari sudut pandang yang berbeda. Dalam tujuh langit yang dilewati, Rasulullah bertemu para Nabi-Nabi terdahulu.
Nah, pertemuan Rasulullah ditujuh langit tersebut dengan para Nabi-Nabi terdahulu, penulis maknai sebagai tahapan-tahapan manusia sebelum bertemu sang pencipta. Jadi, maknanya adalah ada tujuh tahapan atau proses yang harus dilewati dengan sebaik-baiknya oleh manusia sebelum menghadap Allah SWT.
Tahapan atau langit pertama Rasulullah bertemu dengan Nabi Adam As. Seperti yang kita ketahui bahwa Nabi Adam As adalah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT. Ketika Nabi Adam masih disurga, Allah memanjakan Nabi Adam dengan kenikmatan-kenikmatan surga. Apa yang ada di dalam surga boleh dinikmatinya kecuali buah khuldi.
Hal ini menunjukan bahwa proses atau tahapan manusia yang pertama adalah dimulai dari lahir sampai umur 10 tahun. Pada masa ini manusia keluar dari rahim ibunya setelah dikandung selama 9 bulan.
Masa-masa ini adalah masa-masa ketika orang tua memanjakannya dengan berbagai kesenangan, hampir apapun yang dimintanya, orang tua tidak kuasa menolaknya. Ketika nabi Adam as kesepian maka di ciptakanlah hawa. sedangkan manusia pada tahapan ini akan dibelikan berbagai mainan sebagai teman bermain.
Tahapan atau langit kedua Rasulullah bertemu dua Nabi sekaligus yaitu Nabi Yahya dan Isa. Pertemuanya dengan dua Nabi dapat diartikan bahwa manusia pada umur 11 s.d 20 tahun sudah tidak mau bermain sendirian, tetapi butuh teman bermain bersama. Sudah mulai memperluas pergaulan dengan memperbanyak teman. Namun pada umur tersebut, sebagai orang tua harus mulai mengontrol dengan ketat. Orang tua harus bisa memposisikan dirinya tidak hanya sebagai orang tua namun juga bisa sebagai sahabatnya. Pada umur tersebut kondisi mentalnya masih labil hingga butuh seorang teman yang dapat memahaminya. Jika orang tua tidak bisa menjadi sahabatnya maka tidak heran kalau sang anak mencari perhatian dan teman curhat diluar rumah.
Tahapan atau langit ketiga Rasulullah bertemu dengan nabi yang tertampan yaitu Nabi Yusuf As. Ini artinya manusia pada fase ketiga yaitu ketika umur 21 s.d 30 sudah nampak ketampanan dan kecantikannya. Pada umur ini seperti halnya yang dialami Nabi Yusuf banyak godaan-godaan dari lawan jenis. Jika tidak mampu menahannya maka akan terjerumus. Maka dari itu, manusia pada umur tersebut ketika mendapatkan godaan-godaan lawan jenis harus bisa menahanya seperti halnya Nabi Yusuf As yang digoda Zulaikha. Maka untuk mencegah perbuatan tercela dengan lawan jenis adalah bersegera menikah ketika sudah masuk pada fase ini.
Tahapan atau langit keempat Rasulullah Saw bertemu dengan Nabi Idris As. Dikatakan bahwa asal mula nama Idris berasal dari kosakata bahasa Arab, "darasa" yang memiliki arti belajar. Ia dijuluki demikian karena ia banyak sekali mempelajari ilmu, ia dianggap pula sebagai penemu tulisan dan alat tulisnya. Artinya manusia pada fase umur 31 s.d 40 tahun harus sudah punya karya tetap yang bermanfaat bagi orang lain. Karya disini juga bisa diartikan sebagai pekerjaan tetap yang dilakoninya.
Tahapan atau langit kelima Rasulullah Saw bertemu dengan Nabi Harun As. Nabi Harun diriwayatkan fasih berbicara dan mempunyai pendirian tegas dalam mengikuti Musa saat menyampaikan dakwah kepada raja-raja yang sesat. Dari sini dapat kita pahami bahwa manusia ketika umur 41 s.d 50 harus benar-benar hati-hati dalam mengatakan dan melakukan sesuatu. Fasihnya Nabi Harun ketika berbicara itu menunjukan bahwa apa yang dilakukan atau diputuskan manusia pada fase ini harus benar-benar dengan pertimbangan yang sudah matang. Fasih itu berarti baik pelafalanya dan tidak salah. Dengan demikian manusia pada fase ini harus fasih yaitu harus sudah benar-benar baik prilakunya.
Tahapan atau langit keenam Rasullah bertemu dengan Nabi Musa As. Pada suatu ketika Musa berbicara di hadapan Bani Israil, kemudian ada seseorang yang bertanya, ‘Siapakah orang yang paling pandai itu?’ Musa menjawab, ‘Aku.’
Dengan ucapan itu, Allah mencelanya, sebab Musa tidak mengembalikan pengetahuan suatu ilmu kepada Allah. Kemudian Allah mewahyukan kepada Musa, ‘Sesungguhnya Aku memiliki seorang hamba yang berada di pertemuan antara laut Persia dan Romawi, hamba-Ku itu lebih pandai daripada kamu!’
Diceritakan bahwa Musa As disuruh bertemu Khidir agar belajar yang namanya ilmu hakikat. Artinya buat manusia yang berada pada tahapan ini yaitu ketika umur 51 s.d 60 sudah tidak lagi menyimpan didalam hatinya sifat sombong, riya dan sum'ah. Sudah saatnya untuk belajar yang namanya hakikat dan tasawuf agar hatinya benar-benar bersih.
Tahapan atau langit ketujuh Rasulullah Saw bertemu dengan Nabi Ibrahim As. Nabi Ibrahim AS dijuluki Khalilullah atau Kekasih Allah. Allah telah menganugerahkan keistimewaan yang setinggi itu kepada Nabi Ibrahim As. Ini menujukan bahwa manusia pada fase terkahir ini yaitu umur 61 keatas harus sudah benar-benar dekat dengan Allah swt. Apapun yang dilakukannya hanya semata-mata karena Allah Swt sebagai kekasih. Sudah tidak lagi nemikirkan lagi yang namanya duniawi. pensiun dari berbagai rutinitas keduniawian, tidak ada lagi kekasih kecuali Allah Swt.
Suatu hari Malaikat Maut (Izrail) mendatangi Nabi Ibrahim As, Sang Kekasih Allah, untuk mencabut nyawanya, Ibrahim lantas berkata,” Hai Malaikat Maut, pernah kamu melihat ada kekasih mencabut nyawa kekasihnya sendiri?” Izrail lalu naik ke langit untuk mengadukan kepada Allah jawaban Ibrahim itu.
Lalu Allah berfirman menyuruh Izrail bertanya kepada Ibrahim, “Apakah kamu pernah melihat seorang kekasih yang tidak suka bertemu dengan kekasihnya?” Izrail pun turun untuk menyampaikan pesan itu. Dan Ibrahim lalu berkata,”Cabutlah nyawaku saat ini juga.
Dari sini dapat kita pahami bahwa pada umur 61 tahun keatas, manusia harus sudah siap di ambil nyawanya untuk bertemu dengan sang pencipta.
Ketujuh makna tahapan-tahapan yang sudah penulis sampaikan merupakan renungan yang bersifat kalbu dari peristiwa isro mi'roj Rasulullah Saw. Semoga bermanfaah. Wallahu A'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar