Minggu, 10 November 2019

Hakikat Tidur dan Pentingnya Menata Niat

Dalam hidup ini ada dua kemungkinan dari tindakan seorang manusia. Tindakan yang sesuai anjuran syari'at dan tindakan yang tidak sesuai dengan anjuran syari'at. Memang benar hukum-hukum dalam agama islam itu terbagi menjadi beberapa bagian sebagaimana diterangkan dalm kitab mabadi' fikih juz 3 :

Hukum Islam itu ada lima yaitu : Fardhu, Sunnah, Haram, Makruh dan Mubah.

Fardhu ialah suatu bentuk amal yang diberikan pahala bagi siapa yang melakukan, dan disiksa bagi siapa yang meninggalkannya. (Fardhu dan Wajib mempunyai suatu makna kecuali dalam hal ibadah haji)

Sunnah ialah suatu bentuk amal yang diberikan pahala bagi siapa yang melakukan, dan tidak disiksa bagi siapa yang meninggalkannya. (Sunnah, Mandub dan Mustahab itu mempuanyai satu arti)

Haram adalah suatu bentuk amal yang diberikan pahala bagi siapa yang meninggalkan, dan disiksa bagi siapa yang melakukan

Makruh ialah suatu bentuk amal yang diberikan pahala bagi siapa yang meninggalkan, dan tidak disiksa bagi siapa yang melakukan

Mubah ialah suatu  bentuk amal yang tidak diberikan pahala bagi siapa yang melakukan, dan tidak pula disiksa bagi siapa yang meninggalkan.

Dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa tidur merupakan amal yang mubah yang artinya dilakukan tidak berpahala dan dikerjakan tidak pula berdosa atau disiksa. Sepintas memang seperti itu namun disini lah peran pentingnya sebuah niat dari menjadikan hal yang mubah tetap mendapatkan pahala ketika dilakukan. 

Seseorang yang tidur dia pasti tidak dapat menggunakan mulutnya untuk ngrasani [ghibah] orang lain atau anggota tubuh lain untuk berbuat maksiat, padahal meninggalkan maksiat itu hukumnya wajib.

Sedangkan hukum wajib itu apabila dilakukan berpahala dan ditinggalkan berdosa. Oleh karena itu tidur dapat mendatangkan pahala karena dengan tidur otomatis telah meninggalkan berbagai macam perbuatan maksiat. Maka sangat penting sebelum tidur diniatkan juga sebagai amal untuk meninggalkan perbuatan maksiat bukan hanya sebagai sarana pelepas lelah. Jadi tidurlah sesukamu jika memang tidak ada kegiatan yang bermanfaat untuk dilakukan. TIDURLAH!

Wallahu A'lam.

Sabtu, 02 November 2019

FILOSOFI NAHWU BAB NA'AT


Alhamdulillah kegiatan hari sabtu, 02 November 2019 dalam rangka PPL PPG di MTs N 3 Banjarmasin berjalan dengan lancar. Setelah selesai, Aku dan teman-teman pun berpamitan dengan guru pamong. Waktu telah menunjukan pukul 11. 45, sebentar lagi masuk waktu shalat duhur. Akhirnya kuputuskan untuk menuju masjid dekat MTs N 3 Banjarmasin untuk menunggu masuknya waktu shalat duhur. 

Sambil menunggu adzan dikumandangkan, terlintas dalam ingatan tentang materi pelajaran nahwu bab na'at dan filosofinya ketika ngaji dipesantren. Teringat filosofi na'at man'ut ini mungkin karena tadi sebelum pamitan dengan guru pamong aku dan teman-teman saling bertukar pengalaman mengajar di madrashnya masing-masing terutama terkait karakter para peserta didik. Memang apa kaitannya nahwu bab na'at dengan karakter peserta didik??

Pada saat dipesantren, Kyai Mushonif Faiz menjelaskan pelajaran nahwu tentang na'at man'ut dalam kitab jurumiyah, beliau juga menjelaskan filosofi yang terkandung didalamnya.

بَابُ اَلنَّعْتِ
اَلنَّعْتُ تَابِعٌ لِلْمَنْعُوتِ فِي رَفْعِهِ وَنَصْبِهِ وَخَفْضِهِ، وَتَعْرِيفِهِ وَتَنْكِيرِهِ; تَقُولُ قَامَ زَيْدٌ اَلْعَاقِلُ، وَرَأَيْتُ زَيْدًا اَلْعَاقِلَ، وَمَرَرْتُ بِزَيْدٍ اَلْعَاقِلِ.

BAB NA'AT
Na'at (sifat) adalah isim yang Tabi' (ikut) kepada man'ut (yang di ikuti) di dalam Rofa'-nya, nashob-nya, khafad-nya, Ma'rifat-nya, dan nakiroh-nya, kamu mengatakan قَامَ زَيْدٌ اَلْعَاقِلُ (Telah berdiri Zaid -yang berakal-) dan َرَأَيْتُ زَيْدًا اَلْعَاقِلَ (aku telah melihat Zaid -yang berakal-) dan مَرَرْتُ بِزَيْدٍ اَلْعَاقِل (Aku melewati Zaid -yang berakal-).

Filosofi yang beliau sampaikan waktu itu adalah bahwa seseorang hendaknya mencari teman yang  baik karena teman itu ibarat man'ut. Kalau man'utnya baik maka kita pun akan menjadi na'at yang baik. Ketika man'utnya رفع Maka Na'atnya pun harus  رفع begitu juga ketika man'utnya خفض maka na'atnya pun harus خفض karena na'at itu ikut dalam i'robnya man'ut. 

Disini man'ut yang beri'rob رفع dimaksudkan  sebagai teman yang sudah tinggi ilmunya dan luhur akhlaknya. Sedangkan man'ut yang beri'rob خفض dimaksudkan sebagai teman yang Rendah ilmunya maupun akhlaknya. Maka bagi santri sudah seharusnya untuk berteman dengan teman yang tinggi ilmunya dan luhur akhlaknya agar mendapatkan manfaat dari pertemanan itu, Begitulah Kyai Mushonif Faiz menjelaskan. Filosofi ini sesuai dengan salah satu bait-bait dalam kitab Alaa laa;

عَنِ الْـمَرْءِ لاَ تَسْأَلْ وَسَلْ عَنْ قَرِيْنِهِ # فَكُلُّ قَرِيْنٍ بِالْـمُقَارَنِ يَقْتَدِيْ
فَاِنْ كَانَ ذَا شَرٍّ فَجَنِّبْهُ سُرْعَةً # فَاِنْ كَانَ ذَا خَيْرٍ فَقَارِنْهُ تَهْتَدِيْ

JO TAKON SONGKO WONG SIJI TAKONO KANCANE.
KERONO SAKTEMENE KANCA MANUT KANG NGANCANI.
YEN ONO KONCO OLO LAKONE NDANG DOHONO.
YEN ONO KONCO BAGUS ENGGAL NDANG KANCANONO

Artinya : "Janganlah engkau bertanya tenteng kepribadian orang lain lihat saja temannya,karena seseorang akan mengikuti apa yang dilakukan teman-temannya, bila temannya tidak baik maka jauhilah dia secepatnya, dan bila temannya baik maka temanilah dia kamu akan mendapatkan petunjuk."

Sementara bab na'at kaitannya dengan profesi guru dan murid, sangat jelas sekali bahwa guru itu digugu dan ditiru. Guru sebagai man'ut yang diikuti siswa sebagai na'at. Jika gurunya رفع maka muridnya pun رفع dan seterusnya.

Artinya jika guru selalu menunjukan sikap atau kpribadian baik, rutin mendoakan murid-muridnya dan ikhlas maka muridnya pun akan terpengaruh aura positif dari gurunya tersebut. Akhirnya, murid-muridnya pun mempunyai kepribadian yang baik pula. Nah, itulah yang dijelaskan guru pamong bahwa guru harus punya karakter atau kpribadian yang baik yang selalu mencontohkan dalam tindakan bukan hanya sekedar dalam kata-kata saja.

Filosofi na'at man'ut ini sesuai dengan petuah dari guru pamong diatas. Inilah sebenarnya poin paling penting dari seorang guru yaitu memiliki kpribadian yang baik, ikhlas dan selalu mendoakan murid-muridnya setiap selesai sholat.

Namun pikiranku semakin liar, Bagaimanakah jika dalam hubungan suami istri?? Apakah istri yang baik itu karena adanya suami yang baik?? Bagaimana menurutmu?? Adapun suami yg sukses itu karena adanya istri yang hebat yang benar-benar dicintai dengan tulus oleh suaminya. 

Membayangkan hal itu membuatku semakin menggebu-gebu untuk segera memilikimu. Memilikimu dalam kehalalan menjadi harapanku. Namun, lebih dari itu semoga aku bisa menjadi man'ut yang baik untukmu selaku na'at. Pilihlah aku untuk menjadi man'utmu. Sebuah lagu dari Sheila On7 kupersembahkan buat adinda tercinta.

"PILIHLAH AKU"
Sadarkah kau kusayangi
Sadarkah untukmu ku bernyanyi
Terbacakah niat tulus ini
Degup jantung kian terbisik
Kadang kata tak berarti
Kalau hanya kan sakiti
Diam bukanlah tak ingin
Degup jantung kian terbisik
Tanda cinta yang bersemi
Aku yang kan mencintaimu
Aku yang kan slalu mendampingimu
Bila bahagia yang akan kau tuju
Bila butuh cahaya tuk menemanimu
Pilihlah aku
Aku yang kan mencintaimu
Aku yang kan slalu mendampingimu
Bila bahagia yang akan kau tuju
Bila butuh cahaya tuk menemanimu
Pilihlah aku
Jangan sempatkan berlalu
Kalau karyaku yang kau tunggu
Jangan hanya aku yang tahu
Aku cinta padamu
Mohon warnai jiwaku
Maukah hidup bersamaku

WALLAHU A'LAM BISSHOWAB

Selasa, 08 Oktober 2019

KISAH INSPIRATIF TUKANG KAYU YANG PRODUKTIF

Joko adalah seorang karyawan yang telah bekerja lebih dari 20 tahun di sebuah perusahaan pemotongan kayu di Kalimantan. Perusahaan tempat Joko bekerja kemudian merekrut seorang karyawan baru bernama Tommy untuk melakukan pekerjaan yang sama dengan Joko. 

Namun, dalam tempo singkat, Tommy mendapat promosi dan diangkat menjadi atasan Joko. Karena tidak menerima hal tersebut, Joko kemudian menghadap pemilik perusahaan untuk mempertanaykan keputusan tersebut.

Ia kemudian diberitahu bahwa Tommy dapat memotong kayu lebih banyak ketimbang dirinya, dan dikatakan pula bahwa selama 20 tahun bekerja, Joko tidak memperlihatkan perkembangan yang berarti bahkan cenderung menurun. 

Namun, perusahaan memberikan tantangan kepada Joko untuk meningkatkan produktivitasnya. Joko kemudian memutuskan untuk menemui Tommy dan mencari tahu resep keberhasilannya.

Tommy pun membeberkan rahasianya bahwa setelah memotong beberapa pohon, ia selalu menyisihkan waktu untuk mengasah gergajinya. Joko akhirnya menyadari bahwa selama ini ia tidak pernah menyempatkan diri untuk mengasah gergajinya sehingga alat pemotongnya tersebut tidak bisa memotong kayu lebih banyak yang menyebabkan tingkat produktifitasnya joko menurun. 

Senin, 07 Oktober 2019

KISAH KETELADANAN AKHLAK TERPUJI KERJA KERAS KELAS IX

"Kepribadian Baik dan Kerja Keras sebagai Tangga Kesuksesan"

Ardi adalah seorang remaja yang dilahirkan dari keluarga jauh dari kecukupan. Semasa kecil Ardi sering tidak mendapatkan jatah makan karena kondisi ekonomi keluarganya yang sangat memprihatinkan. Di saat teman-temannya sedang menikmati asyiknya membeli jajan di kantin sekolah, Ardi hanya duduk manis di ruang kelas atau bermain di taman sewaktu jam istirahat.?

Meskipun kondisinya sangat memprihatinkan, namun remaja ini tidak pernah putus asa. Ardi tetap bersemangat menatap masa depannya. Hal itu dicerminkan dengan antusiasme dan kegigihannya dalam belajar. Ardi adalah sosok pelajar yang sangat rajin dan sering membantu teman-temannya yang kesulitan memahami materi kurikulum pendidikan di sekolah.

Sungguh tidak mudah bagi seorang remaja yang masih minim pengalaman dan tidak memiliki koneksi seperti Ardi. Namun, dia tetap berusaha untuk membangun masa depan yang lebih baik lagi dengan banyak membaca, mencoba sesuatu yang baru, dan tidak mengenal rasa putus asa meskipun ia terus dipersulit oleh kondisi keuangan.

Genap di usianya yang ke-17 tahun di mana pada saat itu dia baru saja lulus dari bangku SMA, remaja ini lantas fokus untuk mencari pekerjaan. Semua teman-temannya melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, hal itu semakin memotivasi dirinya untuk berbuat lebih maksimal lagi sehingga bisa kuliah dari hasil keringatnya sendiri.

Sebulan berselang, Ardi akhirnya diterima bekerja di sebuah perusahaan swasta. Gaji yang diterimanya di awal masuk kerja memang tidaklah seberapa. Namun seiring dengan berjalannya waktu, tepatnya lima bulan setelah dia bekerja di perusahaan tersebut, Ardi mendapatkan kenaikan gaji tepatnya sebesar Rp3,5 juta per bulan.

Gaji sebesar itu memang tidak mudah untuk didapat seorang karyawan yang hanya berbekal latar belakang pendidikan SMA, tapi karena kegigihannya dalam bekerja ia dapat memberikan kontribusi yang signifikan kepada perusahaan sehingga manajemen perusahaan tidak keberatan untuk memberikan gaji tinggi kepada remaja ini.

Uang gaji Ardi sebagian dialokasikan untuk memberdayakan keluarganya. Sementara sisanya ditabung untuk biaya pendidikannya di perguruan tinggi kelak. Ardi berhasil membahagiakan keluarganya baik dalam sisi kepribadian maupun materi.

Satu tahun berselang Ardi resmi masuk ke perguruan tinggi negeri. Ardi mengambil jurusan manajemen bisnis. Atas sejumlah faktor pertimbangan yang membuatnya memutuskan untuk berhenti bekerja dari perusahaan tempat ia mulai meniti karier. Dia memutuskan untuk mencari tempat kerja baru untuk perkembangan kariernya.

Tidak butuh waktu lama bagi Ardi untuk menemukan pekerjaan baru. Tentunya pekerjaan di sebuah perusahaan yang jauh lebih menjanjikan dengan gaji tinggi. Sambil menyandang status sebagai seorang mahasiswa, Ardi juga berstatus sebagai karyawan di sebuah perusahaan ternama. Di perusahaan tersebut Ardi diberikan gaji bulanan sebesar Rp9 juta.

Hari demi hari terus berlalu, dan kehidupan Ardi semakin membaik bahkan jauh lebih baik. Hal ini tidak lain adalah karena keuletan dan kepribadian baik yang dimilikinya sehingga bisa mengantarkannya pada level kehidupan sosial yang lebih baik.

Sumber : viva.co.id

Rabu, 02 Oktober 2019

ORANG BODOH MUDAH DISESATKAN SETAN

Diriwayatkan bahwa seseorang ahli ibadah dari kalangan Bani Israil beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di biaranya yang terletak di atas gunung. Pada suatu hari sebagaimana bisa dia keluar dari tempat ibadahnya untuk berkeliling merenungkan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala di sekitar tempat ibadahnya. Di sela-sela dia berkeliling ini, dia melihat di jalan sesosok manusia yang menebarkan bau tidak sedap darinya. Ahli ibadah itu berpaling menuju ke tempat lain, sehingga dia terlindungi dari tercium bau ini. 

Ketika itu setan menampakkan diri dalam bentuk seorang laki-laki shalih yang memberi nasihat. Setan berkata kepadanya, “Sungguh amal-amal kebaikanmu telah menguap (sirna), dan persediaan amal kebaikanmu tidak dihitung di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Lantas si ahli ibadah bertanya, “Mengapa?” Dia menjawab, “Karena engkau enggan mencium bau anak cucu Adam semisal kamu.” 

Ketika wajah si ahli ibadah terlihat sedih, setan pun pura-pura merasa kasihan dan memberinya nasihat, “Jika engkau ingin agar Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni kesalahanmu, saya akan memberi nasihat kepadamu agar engkau mencari tikus gunung, lalu engkau gantungkan tikus itu di lehermu seraya beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sepanjang hidupmu. 

Si ahli ibadah yang bodoh ini pun melaksanakan nasihat setan yang sengaja mencari kesempatan ini. Selanjutnya, si ahli ibadah memburu tikus gunung. Dia pun terus-menerus beribadah dengan membawa najis dari enam puluh tahun sampai dia meninggal dunia (semua ibadahnya pun tidak sah).

terdapat riwayat bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda mengomentari kisah tersebut, “Suatu masalah ilmiah –atau majelis ilmu- lebih baik daripada beribadah enam puluh tahun.”

Diriwayatkan dari Syaikh Abdul Qadir al-Jailani rahimahullah bahwa pada suatu hari beliau sedang berjalan di tempat lapang, tiba-tiba muncul cahaya terang di ufuk, kemudian dia mendengar suara memanggil, “Wahai Abdul Qadir saya adalah Rabbmu. Sungguh, telah aku halalkan untukmu semua hal-hal yang haram.” 

Lantas Abdul Qadir berkata, “Enyahlah kau, wahai makhuk terkutuk!” Seketika itu, cahaya tersebut berubah menjadi gelap. Tiba-tiba muncul suara mengatakan, “Wahai Abdul Qadir! Sungguh, engkau telah selamat dariku lantaran pengetahuanmu tentang Rabbmu dan ilmu fikihmu. Sesungguhnya aku telah menyesatkan tujuh puluh orang dari kalangan ahli ibadah senior dengan cara seperti ini. Seandainya tidak karena ilmu, pastilah aku dapat menyesatkanmu seperti mereka".

Selasa, 01 Oktober 2019

FILOSOFI PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA INDONESIA

Pancasila adalah ideologi dasar dalam kehidupan bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada alinea ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-Undang Dasar 1945.

Kemudian tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Selain itu, setiap 1 Oktober juga diadakan upacara Hari Kesaktian Pancasila setiap tahunnya. Upacara ini sebagai wujud untuk mengenang dan menghormati para jasa pahlawan revolusi. Diharapkan peringatan Hari Kesaktian Pancasila pada 1 Oktober sebagai momen untuk memperkuat kesatuan dan persatuan.

Pancasila memang benar-benar sakti dengan nilai-nilai yang dikandung didalamnya. Banyak sekali yang berpendapat tentang sila-sila dalam pancasila itu diambil dari ayat-ayat suci al-quran. 

Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila ini ada dalam Al Quran surat Al Ikhlas ayat 1. Terjemahannya yaitu "Katakanlah, dialah Alloh, Yang Maha Esa. Dalam Islam, ibadah dan hukum yang dibawa tiap-tiap nabi yang diutus berbeda sesuai dengan kondisi pada saat itu. Namun ada yang tidak berubah yaitu semua nabi mengajarkan Tauhid yaitu mengesakan Tuhan.

Sila Kedua : Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab. Sila ini ada dalam Al Quran surat An Nisa 135. Terjemahannya yaitu : “Wahai orang-orang yang beriman. Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Mahateliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan.

Sila Ketiga : Persatuan Indonesia. Sila ini juga ada dalam Al Quran  surat Al Hujurat ayat 13. Terjemahannya yaitu : “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” Ayat ini sangat cocok mengingat Indonesia terdiri dari beragam suku.

Sila Keempat : Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Sila ini juga ada dalam Al Quran surat As Syuro 38. Terjemahannya yaitu : "Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Rabb-nya, dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rejeki, yang Kami berikan kepada mereka."

Sila Kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Sila ini juga ada dalam Al Quran surat An Nahl ayat 90. Terjemahannya yaitu : "Sesungguhnya Allah menyuruh (manusia) berlaku adil dan berbuat kebaikan, memberi (sedekah) kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu (manusia), agar kamu dapat mengambil pelajaran."

Selain itu pancasila juga bisa dimaknai secara urut sesuai silanya sebagai berikut. Sila pertama "Ketuhanan Yang Maha Esa" menunjukan bahwa negara ini sangat menghargai keberadaan agama-agama yang ada di Indonesia. Sila ini dapat diartikan bahwa setiap warga negara indonesia adalah orang-orang yang beragama bukan komunis atau atheis sehingga dengan itu warga negara indonesia mempunyai sikap cinta kasih dan akhlak yang baik, karena setiap agama mengajarkan untuk saling mengasihi. Dengan cinta kasih maka akan menjadi manusia yang adil dan beradab seperti pada sila kedua "Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab".

Orang yang beragama yang menjalankan agamanya dengan sebaik-baiknya pasti mempunyai adab yang baik disertai dengan rasa keadilan yang tertanam dalam hatinya maka dengan itu pada akhirnya orang tersebut menyukai persatuan daripada perpecahan dan provokasi seperti pada sila ketiga "Persatuan Indonesia".

Orang yang menyukai persatuan tentunya didalamnya harus ada musyawarah-musyawarah agar keadaan tetap tertib dan teratur seperti pada sila keempat "Kerakyatan Uang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan".

Dan akhirnya jika sudah suka bermusyawarah maka pasti akan terciptalah sebuah negara yang berkeadilan sosial bagi seluruh warganya. Hal ini merupakan sila kelima dari Pancasila "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia".

Jumat, 13 September 2019

BELAJAR BIJAK : BUASNYA SINGA DAN BUASNYA MANUSIA

Sore itu Rubi datang ke warungnya. Di dalam warung sudah ada Herma dan Kimung yang sedang asyik menonton televisi. Yang mereka saksikan adalah saluran khusus yang menayangkan kehidupan binatang di alam bebas. Kelihatan keras dan berdarah, namun tak jarang di dalamnya ada muatan filosofis yang perlu juga kita pelajari.

Setelah Rubi tiba, tak berapa lama acara nonton televisi pun usai. Kemudian acara dilanjutkan dengan obrolan bebas seperti biasanya. Kali ini topiknya membahas tentang kehidupan dunia binatang.

“Kita sering mengatakan bahwa macan dan singa adalah binatang buas. Kalau yang dimaksud buas karena macan dan singa memangsa hewan hidup lain, apakah itu tepat? Bukanlah manusia juga membunuh hewan-hewan dalam jumlah yang jauh lebih banyak? Singa dan macan membunuh hewan-hewan lain untuk memenuhi kebutuhan hidup agar tidak mati kela- paran, sedangkan manusia membunuh untuk memenuhi nafsunya yang tidak pernah terpuaskan. Ia bisa membunuh hewan-hewan karena ingin menikmati dagingnya yang lezat, bisa tergiur oleh khasiat bagian atau organ tubuh tertentu, tertarik keindahan kulit binatang yang berharga mahal, dan bahkan tak jarang membunuh tanpa dasar alasan apa pun”, tiba- tiba Herma bercerita seolah-olah ia sedang bicara pada dirinya sendiri.

“Benar Ma, macan dan singa membunuh untuk makan, sedangkan manusia bisa dengan sejuta alasan, termasuk tanpa ada alasan apa pun. Bahkan caranya bisa sangat kejam. Kalau macan dan singa mengoyak mangsa dengan giginya yang tajam dan itu yang disebut kejam, maka apa yang harus kita katakan kala orang-orang mengkoyak- koyak sirip ikan hiu dan kemudian membuang badannya yang sudah tak berdaya, berdarah-darah di tengah laut begitu saja, sampai akhirnya dibiarkan mati dirajam teman- temannya?”, tambah Kinung.

Herma mengangguk dan dengan suara pelan dia berkata, “Macan mengkoyak mangsanya karena hanya cara itulah yang dia kuasai untuk membunuh. Kalau manusia demikian canggih, bisa meniru macan, bisa dengan tembakan, jeratan dan bahkan dengan fitnah yang lebih kejam dan mengerikan.”

“Betul, mengerikan”, sambung Kinung.

“Ada lagi yang mengatakan bahwa macan dan singa buas karena makan daging mentah dan berdarah. Tetapi apakah tepat jika dikatakan demikian? Bagaimana dengan orang yang suka memakan sashimi atau makan daging mentah? Bahkan aku pernah melihat orang-orang yang makan anak tikus yang masih merah hidup-hidup. Juga bagaimana dengan orang yang suka memangkas batok kepala kera hidup-hidup dan kemudian dalam keadaan sekarat, otak yang berdarah-darah si kera dimakan mentah-mentah dengan campuran arak? Apakah itu tidak kalah buas dan sangat sadis?”

Herma bergidik ngeri dan jijik mendengar cerita Kinung, meski sejatinya dia sering mendengar cerita itu. Herma kemudian mencoba menceritakan pengalamannya, “Nung, ular yang sering disebut licik ternyata juga tidak serakah. Kalau sudah kenyang ia akan tidur pulas dan membiarkan mangsanya begitu saja. Aku pernah melihat ular sebesar paha, tidur dalam kotak plastik, dan di atasnya ada seekor kelinci yang berlarian dengan bebasnya meng- injak-injak tubuh ular itu. Ia tetap bergeming karena ia kenyang dan hanya membunuh kalau butuh makan untuk mempertahankan hidup”, kata Herma kemudian.

“Ya betul Ma. Hampir semua binatang yang disebut buas dan licik hanya akan membunuh kalau lapar atau terusik. Ular yang sering dikatakan licik sebenarnya masih harus belajar soal kelicikan pada manusia sebagai sang raja licik yang sesungguhnya. Bayangkan, selicik-liciknya ular, kalau membunuh dia akan lakukan sendiri. Artinya menjadi jelas siapa yang bertanggung jawab. Sementara manusia, tanpa menyentuh dan sering tanpa bisa dibuktikan pun bisa mencelakai sesama dengan mudah. Lebih gila lagi, dia bisa dengan mudah pula menimpakan semua kesalahan pada orang yang sama sekali tidak berdosa”, imbuh Kinung.

“Rub, kok kamu diam saja? Kamu kurang enak badan? Masuk angin? Aku buatin wedang jahe ya?”, tiba-tiba Herma bertanya pada Rubi yang sejak tadi sama sekali tidak berkomentar.

“Tidak Ma, terima kasih, aku sehat-sehat saja. Dari tadi aku menyimak dengan baik pembicaraanmu dengan Kinung kok. Mau dikomentari apa lagi? Semua yang kalian berdua katakan memang benar adanya. Cuma kalian berdua kan tahu bahwa manusia pandai berargumentasi dan berdiplo- masi, sehingga dengan amat mudah tetap akan mengatakan bahwa macan dan singa adalah binatang paling buas, sedangkan ular binatang paling licik. Mengapa? Karena manusia kan bukan binatang, meski menurut teori Darwin digolongkan dalam kelompok primata, hehehe.”

“Benar juga ya Rub”, komentar Herma.

“Ada satu lagi yang ingin kutambahkan. Kalau macan, singa, ular dan kawan-kawannya tidak bisa mengelak tuduhan bila melakukan pembunuhan, manusia tidak sekadar bisa mengelak dan malah memfitnah menimpakan kesalahan pada orang lain, tetapi dia bisa dengan terbuka membangun citra sebagai orang yang baik dan dermawan. Hitamnya dikubur dalam-dalam dan yang tampak akan terlihat putih cemerlang tanpa noda”, kata Rubi sungguh-sungguh. 

“Dan terakhir, Ma, Nung, janganlah terlalu menjelek-jelekkan manusia, karena bagaimanapun juga kalian berdua, dan tentu termasuk aku sendiri, juga manusia yang sejak tadi kita kritik habis-habisan Hahaha”, pungkas Rubi.

Kinung, Herma dan Rubi tertawa lepas menertawakan kemunafikan diri sendiri.

"Buku Tuhan Sudah Pindah Alamat Karya Budi S. Tanuwibowo" 

Kamis, 12 September 2019

BELAJAR BIJAK : BAN PESAWAT DAN KEPEMIMPINAN

Hari itu mereka bertiga: Rubi, Herma dan Kinung hendak Ha ke luar kota. Rencananya mau mengajak keluarga. Namun karena anak-anak sedang ujian, terpaksa mereka berbagi tugas dengan istri dan suami masing-masing. Apalagi mereka akan pergi cukup lama, 3-4 hari, memenuhi undangan salah satu sahabat baik mereka, Mitha, yang mau mantu, menikahkan anak pertamanya.
Sambil menunggu masuk pesawat, mereka duduk- duduk santai di lounge, sambil berbincang dan menyantap makanan kecil. Dari kaca pembatas, sesekali mereka bisa melihat pesawat yang take off maupun landing. Tiba- tiba Herma berkata, “Coba perhatikan, ban pesawat itu begitu kecil. Jumlahnya pun cuma enam. Dua di depan, empat di belakang. Tapi beban pesawat, penumpang dan bagasi yang begitu berat bisa ditahannya. Sungguh hebat ban pesawat itu!”.

“Itu tidak seberapa Ma. Coba perhatikan kalau sedang mendarat. Betapa besar beban dan gesekan yang terjadi. Itu bisa berlipat kali dibanding dalam keadaan statis. Tapi ban itu kuat dan tidak pecah. Padahal ban truk-truk gandeng yang jumlahnya belasan itu kerap kali harus diganti. Hebat memang ban pesawat”, komentar Kinung menimpali.

“Ya, kualitas bannya memang beda Nung. Mungkin harganya juga berlipat-lipat”, Herma menyatakan pendapatnya. “Betul. Juga kualitas aspal landasan beda dengan jalan raya kita yang amat banyak lubangnya di sana-sini. Belum lagi di kala musim hujan”, imbuh Kinung.

“Tapi aku jadi kepikiran ucapanmu tadi, Nung. Ketika pesawat itu mendarat kan bebannya jadi berlipat. Kok ban itu begitu kuatnya ya? Hebat benar kualitasnya”, kata Herma sambil menerawang ke arah pesawat yang sedang hilir mudik. “Ya benar. Hebat”, jawab Kinung.

“Ada banyak faktor penyebab”, kata Rubi yang selama ini diam saja. Pertama, benar seperti kata Herma, kualitas ban pesawat memang istimewa. Kedua, juga benar yang dikatakan Kinung, kualitas landas pacu jauh lebih bagus ketimbang jalan raya. Ketiga, keahlian dari si pilot itu sendiri ketika mendaratkan pesawatnya. Begitu terlatih, sehingga gesekan yang terjadi paling minimal. Akibatnya berat pesawat tidak serta merta terbebankan langsung ke bawah, namun diimbangi oleh putaran ban yang bundar. Dengan kata lain, berat yang ada tersebar, terbagi oleh putaran roda. Faktor keempat, ya bentuk roda yang bundar itu, sehingga bisa berputar sempurna, membagi beban secara sempurna dan mentetralisirnya.”

“Hebat. Betul analisamu itu Rub”, kata Kinung. “Jadi, intinya terbagi dan tersebar?!”, kata Herma setengah bertanya.
“Ya”, jawab Rubi sambil sedikit menganggukkan kepalanya pelan-pelan.

“Terus..?”, kata Herma memancing Rubi seperti biasa- nya, “Apa maknanya?”

“Maknanya, hahaha.... Kamu ini senangnya mengkait- kaitkan”, jawab Rubi. “Ayo ceritakan donk, apa yang tiba-tiba ada di kepalamu Rub. Aku kan hafal benar dengan kehebatanmu itu”, kata Herma setengah merajuk manja.

“Ayo Rub, mumpung masih punya waktu nih. Kamu tidak mungkin menghindar dari tebakan Herma”, desak Kinung.

“Terlintas di benakku kaitan antara ban pesawat dan kepemimpinan”, kata Rubi dengan sungguh-sungguh. “Wah-wah-wah, sampai sejauh itu Rub?”, komentar Kinung.
“Ya, beban seorang pemimpin itu begitu berat, seperti ban atau roda pesawat. 

Praktis semua beban pada akhirnya seolah ditumpukan kepadanya. Apalagi ketika sedang ada masalah berat, ibarat seperti pesawat mau mendarat. Kalau ia tidak mampu, ya seperti ban pesawat yang pecah meletus. Kalau ia pandai dan mampu, ya akan mulus-mulus saja. Yang dipimpin juga akan merasa nyaman, senyaman kala kita mendarat dengan mulus karena pilotnya begitu handal”, papar Rubi lancar seperti biasanya.

“Cek-cek-cek, Rubi, Rubi, itulah sebabnya aku begitu kagum, cinta, hormat, sayang, dan sebagainya, dan se- bagainya, kepadamu. Jauh melewati rasa cinta seorang wanita kepada laki-laki”, puji Herma dengan mata berbinar- binar. “Hahaha, Rub, seandainya kamu dulu menyatakan cinta padanya, aku yakin akan diterima dengan tangan terbuka”, canda Kinung sambil tertawa. “Bahkan jika dilakukan sekarang pun, tetap akan diterima dengan suka cita”, sambung Kinung dengan tertawa nakal.

“Hussh, mungkin bisa begitu. Tapi jangan terjadi ya Rub. Persahabatan kita jauh melebihi itu semua”, Herma berkata sungguh-sungguh.

Dengan tersenyum Rubi meneruskan penjelasannya, “Pemimpin yang baik bisa belajar dari ban pesawat itu. Ia harus bisa menahan beban dan membaginya. Beban atau tanggung jawab seberat apa pun akan terasa ringan bila dibagi. Dibagi dengan memberikan delegasi wewenang dan tanggung jawab yang jelas, serta pencapaian kinerja yang baik. Ibaratnya seperti beban pesawat yang terbagi oleh putaran ban yang sempurna dan laju pesawat itu sendiri. 

Bagaimana membaginya agar adil dan merata? Ya seperti ban yang bulat sempurna. Adil! Namun kenapa bisa sempurna? Karena roda atau bannya berputar. Nah putaran itu ibarat kinerja. Meski bundar, kalau statis atau tidak berkinerja, ya berat dan tetap bisa meletus. Terus, seperti kata Kinung, jalannya harus baik. Ibaratnya, konstitusi kalau bicara negara atau AD ART kalau bicara organisasi, harus baik pula. Dan seperti Herma, kualitas ban, alias kualitas sang pemimpin itu sendiri, amat sangat menentukan!”, pungkas Rubi menutup uraiannya. Mereka berdua pun bertepuk tangan, sampai beberapa orang menoleh kepadanya dengan heran. Untungnya berbareng dengan itu ada pengumuman untuk segera naik ke pesawat.

"Buku Tuhan Sudah Pindah Alamat Karya Busi S.Tanuwibowo"

Sabtu, 07 September 2019

KISAH LAILA MAJNUN SYAIR-SYAIR PUJIAN UNTUK LAILA


Syair pujian untuk a'la dari majnun.

Pertama :
Bila bulan purnama tenggelam.
Atau matahari terlambat terbit.
Maka cahaya wajah Layla akan menggantikan sinarnya.

Senyumnya bukan hanya berhenti di mulut. Namun menjadi cahaya dari mentari dan sinar purnama seluruhnya.

Rembulan dan matahari akan tersipu malu.
Karena cahayanya tak sebanding dengan sinar mata Layla.

Bila ia berkedip, maka bintang kejora akan menyembunyikan diri.
Tidak akan lagi tercipta gadis seperti dia.

Dan aku ciptakan hanya untuk dia.
Kata-kata pujian yang kuucapkan.
Bagai sebutir pasir di gurun sahara.
Tak sebanding dengan kecantikannya.

Karena segala kata pujian yang dimiliki jin dan manusia. Tak sebanding dengan pesonanya.

Dia diberi nikmat, dengan segala kebaikan.
Bila ia hendak berjalan ke sebuah bukit.
Maka seakan bukit itulah yang akan mendekat padanya.

Karena sang bukit tidak ingin melihat gadis itu dihinggapi kelelahan.

Kedua :
Adakah malam bisa menyatukan diriku dengan Layla?

Atau biarkan angin malam menyebut namanya.
Sebagai ganti pesona tubuhnya.

Karena sama saja bagiku
Melihat Layla atau menatap purnama.

(Buku Laila Majnun, Bab VI, hlm. 69-70, inilah syair yang dibacakan oleh Ishaq kepada Layla. Syair ini didengar langsung dari mulut Qays ketika dalam perjalanannya ia bertemu di padang pasir bersama binatang buas. Dituturkan bahwa Qays tampak letih dan menderita, namun saat disebut nama Layla, jiwanya kembali bersemangat. dikatakan oleh Ishaq bahwa saat membacakan syair ini, Qays seperti sedang dilanda sakit parah, tubuhnya seolah tidak lagi memiliki tulang sendi, matanya menyiratkan ketakutan dan kekhawatiran).

Kamis, 05 September 2019

KAITAN ISLAM, IMAN DAN IHSAN

Dalam kaitannya dengan Islam, Iman dan Ihsan, di sini Ibnu taimiyah lebih jauh menjelaskan pada kita tentang apa itu Islam, Iman serta Ihsan secara hakiki. Dalam menafsirkan ketiga kata tersebut, beliau mengutif Firman Allah SWT :

Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba- hamba Kami, lalu diantara mereka ada yang menganiayai diri mereka sendiri dan diantara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada yang lebih dahulu dalam berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang sangat besar.” ( QS. 35 : 32 ) 

Dari ayat itu dapat diketahui, bahwa seorang muslim adalah mereka yang menganiaya dirinya sendiri, yaitu dengan cara meninggalkan apa yang Allah perintahkan dan melaksanakan apa yang Allah larang-Nya. Contoh terhadap ini, umpamanya dalam hal berbuat baik kepada orang tua, adalah merupakan kewajiban yang tak bisa terelakkan karena hal ini diletakkan sejajar dalam arti menduduki urutan kedua setelah kewajiban dalam mentauhidkan Allah SWT. 

Allah berfirman : "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.…. “ ( QS. 17 : 23 )

Dengan berdasarkan pada ayat tersebut, jelaslah bahwa kedudukan berbuat baik pada orang tua menduduki urutan kedua setelah mentauhidkan Allah SWT. Namun, dengan pengetahuannya ini orang masih sering menganiayai dirinya dengan cara tidak berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Adapun mengenai orang mu`min, dengan dasar ayat ini (QS. 35 : 32 ), Ibnu Taimiyah memberikan pengertian bahwa mereka adalah orang- orang yang sudah terkhususkan dengan hal-hal yang diwajibkan padanya, dalam arti mereka telah mampu berkomitmen dengan apa yang telah Allah wajibkan atasnya.

Sedangkan mengenai tingkatan muhsin, adalah mereka yang telah berkomitmen betul dengan hal-hal yang sunnah apalagi terhadap hal- hal yang wajib ( Ibnu Taimiyah, tt. : 6 ).

Demikian inilah tingkatan-tingkatan amaliah dalam pemahaman keislaman itu. Rasulullah memberikan gambaran kepada kita tentang Iman yang kemudian ditafsirkan oleh para ulama sebagai rukun Iman. Jika kita melihat penerangan mengenai Islam ini, dapat disimpulkan bahwa Islam adalah amaliyah zhahir yang terlihat secara kasat mata. Sedangkan mengenai pengertian Iman ini lebih condong pada amaliah batin. 

Adapun kaitan yang ada diantara keduanya, bahwa iman harus menjadi landasan tempat tumbuh berkembangnya amaliah zhahir yakni Islam itu sendiri. Oleh karena itu, kemaslahatan amaliyah zhahir amat bergantung pada tumbuh tidaknya pada amaliyah batinnya, yakni iman. 

Sedangkan mengenai ihsan  yaitu antara hijrah sebagai seorang yang dengan kekuatan ibadahnya ia mampu untuk meninggalkan apa yang telah Allah haramkan atasnya. Ihsan dapat dihasilkan oleh seorang hamba yaitu dengan melalui kekuatan ibadah dan pemeliharaan atas hak-hak Allah dan muraqabah-nya, dan dari kemampuhannya untuk menghadirkan keagungan-Nya dalam ibadah.

Minggu, 28 Juli 2019

TES PEDAGOGI M1 KBI NILAI 100

Peserta didik di era digital dapat menggunakan perangkat nirkabel bergerak (internet) sebagai media peralatan interaktifk apanpun dan dimanapun saat diperlukan. Hal ini merupakan salah satu bentuk kegiatan belajar yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan media digital berbasis komputer yang disebut
Select one:
Salah satu pemanfaatan utama media dan teknologi informasi dalam kehidupan sehari-hari di bidang pendidikan pada era digital ini adalah
Select one:
Penetrasi TIK dalam pembelajaran semakin mendorong lembaga sekolah memanfaatkan teknologi canggih ini. Bukan saja sumber daya TIK memang begitu besar untuk memberikan kontribusi terhadap kualitas pembelajaran, tetapi sebagai bagian dari revolusi industri 4.0 siapa pun tidak bisa menghindar terhadap hadirnya gelombang baru ini. Dari sudut pandang teknologi pendidikan, TIK memang terbukti memiliki sumber daya besar untuk membantu peningkatan kualitas pembelajaran. Atas dasar argument itu, mana pernyataan berikut yang Anda anggap benar?
Select one:
Sebagai sebuah karya peradaban mutakhir, TIK berkembang pesat dalam perannya sebagai fasilitator pembelajaran. TIK pun juga bisa menjadi media itu sendiri, yang disebut sebagai?
Select one:
Guru menunjukkan pengetahuan, keterampilan, dan proses kerja yang mewakili profesional inovatif dalam masyarakat global dan digital, merupakan deskripsi dari standar
Select one:
Berikut yang bukan termasuk kemampuan yang harus dimiliki guru dalam pengembangan pembelajaran di era digital adalah
Select one:
Teknologi dan media berperan penting dalam proses peningkatan kualitas hidup manusia, tidak terkecuali dalam dunia pendidikan. Teknologi dan media memiliki sumber daya besar untuk mempengaruhi pikiran dan perilaku khalayak, termasuk guru dan siswa dalam suatu proses komunikasi pendidikan. Asumsi tersebut merupakan pernyataan teoretik dari
Select one:
Mediatisasi adalah sebuah proses dinamis dalam hubungan antara keberadaan media di tengah masyarakat yang bersifat insitusional. Di sini media yang mulanya merupakan hasil temuan ilmu pengetahuan dan teknologi kemudian berkembang menjadi institusi sosial, yang kemudian juga terlibat dalam pergulatan hubungan dengan institusi sosial lainnya, termasuk dalam lembaga sekolah. Ciri utama mediatisasi dalam konteks pembelajaran adalah?
Select one:
Ilustrasi dari pesatnya penggunaan media dan teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari pada abad 21 ditandai dengan
Select one:
Berikut yang bukan situs media interaktif berbasis web dan media sosial yang dapat dimanfaatkan guru sebagai sarana belajar dalam komunitas belajar di seluruh penjuru dunia
Select one:

Minggu, 21 Juli 2019

FILOSOFI AIR MUTANAJIS ADINDA JANGAN ENGKAU PILIH LELAKI YANG SEPERTI AIR MUTANAJIS


Adinda, Lelaki yang seperti air mutanajis itu adalah lelaki yang akhlaknya tidak baik karena sudah tercemar dengan kotoran-kotoran maksiat sehingga perilakunya menjadi tidak baik. Jika lelaki ini akhlaknya sendiri sudah tidak baik maka tidak akan bisa membawamu menjadi lebih baik.

Adinda, Pertimbangkan kembali bila kamu didekati lelaki yang seperti ini walaupun dia membawa dunia beserta isinya untuk dirimu. Namun bila kamu tetap mau menerimanya maka kamu harus berusaha dengan sekuat tenaga agar bisa membuatnya menjadi baik.


Adinda, Temukanlah cinta sejatimu dengan penuh kehati-hatian. Jangan sampai kesucian akhlakmu tercemar menjadi najis karena terpengaruh oleh lelaki yang seperti air mutanajis tersebut. Akhlak baikmu dan rasa malumu jangan sampai hilang hanya karena kamu terpesona ketampanan dan materi yang dia punya. 

Adinda, kamu adalah makhluk Tuhan yang paling indah dan harus selalu dijaga. Keindahanmu akan selalu menimbulkan dua hal yaitu fitnah dan kebahagiaan. Jika lelaki memperlakukanmu dengan sebaik-baiknya maka akan ada kebahagiaan disitu. Namun sebaliknya jika seorang lelaki memperlakukanmu dengan perlakuan yang buruk maka akan ada fitnah-fitnah yang terjadi.


Adinda, ketahuilah Air mutanajis adalah air yang terkena barang najis yang volumenya kurang dari dua qullah atau volumenya mencapai dua qullah atau lebih namun berubah salah satu sifatnya—warna, bau, atau rasa—karena terkena najis tersebut.

Air sedikit apabila terkena najis maka secara otomatis air tersebut menjadi mutanajis meskipun tidak ada sifatnya yang berubah.

Sedangkan air banyak bila terkena najis tidak menjadi mutanajis bila ia tetap pada kemutlakannya, tidak ada sifat yang berubah. Adapun bila karena terkena najis ada satu atau lebih sifatnya yang berubah maka air banyak tersebut menjadi air mutanajis.

Air mutanajis ini tidak bisa digunakan untuk bersuci, karena dzatnya air itu sendiri tidak suci sehingga tidak bisa dipakai untuk menyucikan. Wallahu A'lam.