Tampilkan postingan dengan label Syair-Syair Cinta. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Syair-Syair Cinta. Tampilkan semua postingan

Rabu, 18 Agustus 2021

Keruwetan Rumah Tangga Membuat Memilih Melajang Seumur Hidup

Persepsi bahwa rumah tangga hanya ada keruwetan membuat seseorang seperti Isnaeni Wisnu Sudarmaji memilih melajang seumur hidup dan menempuh jalan zuhud. Dengan menempuh jalan zuhud hanya ada keterkaitan dirinya dengan ilahi tanpa ada makhluk_makhluk lain yang mengganggu kemesraannya dengan sang khalik. Istri atau suami dalam rumah tangga bisa jadi penyebab hilangnya fokus terhadap ilahi. Berikut adalah persepsi beliau betapa rumah tangga itu ruwet sekali. Mari kita simak.


Satu ciri rumah tangga memang memaksimalkan karakter pelakunya. Bisa jadi karakter negatif atau positif. Maka jangan heran, orang bisa seolah berubah drastis ketika sudah menikah. Rumahtangga semacam pematangan puncak sifat karakter manusia. 

Ruwet menjadikan pelakunya mencari keseimbangan karakter. Parahnya, sifat negatif tidaklah hilang, hanya menunggu momen keruwetan selanjutnya. Karakter negatif positif akan saling berebut memunculkan dirinya. Maka rumahtangga itu hanya seperti telur diujung tanduk. Keseimbangan menentukan nasibnya. Kesalahan umum menganggap rumahtangga menjadikan pelakunya dewasa.

Pada kenyataannya, pelakunya menjadi manja, atau hanya menjadi pelayan "alemane" pasangan. Melayani atau dilayani. Dalam kemenangan patriarki, laki-laki dilayani perempuan. Dalam matriarki lelaki melayani perempuan. Konteks budaya jawa, lelaki diidealkan dilayani. Dalam budaya minang, perempuan dihormati status asasinya.

Praktek poligami menjadikan lelaki berkuasa hak memiliki banyak perempuan. Dalam poliandri, sebaliknya. Dalam era modern, seakan saling menguasai. Atas nama egalitarian, kesamaan kesetaraan, rumahtangga tempat berebut kuasa yang tak pernah berakhir. Bebas gaya mulai dari mana pencari nafkah,  pengambil keputusan sampai posisi seks.

Era modern kekinian jadi era rumahtangga ruwet dalam jumlah kasus paling banyak dibanding sebelumnya. Perebutan kuasa itu kini lebih jelas dilihat. Paling mudah adalah angka perceraian yang meningkat jumlahnya. KDRT, keterlantaran, sampai pelampiasan diluar rumahtangga dengan perselingkuhan.

Jadi, jika ada kasus selingkuh, hal itu bukan hanya bukti ruwet. Tapi juga bukti bahwa pelaku mencari kebebasan dari derita. Batas dari kemampuannya berpura-pura bahagia. Rumahtangga bukan arena pertarungan. Bukan tempat pelampiasan nafsu. Bukan tempat eksistensi. Bahwa manusia sekedarnya adalah hewan yang berpikir.


Wallahu A'lam.

Sabtu, 07 September 2019

KISAH LAILA MAJNUN SYAIR-SYAIR PUJIAN UNTUK LAILA


Syair pujian untuk a'la dari majnun.

Pertama :
Bila bulan purnama tenggelam.
Atau matahari terlambat terbit.
Maka cahaya wajah Layla akan menggantikan sinarnya.

Senyumnya bukan hanya berhenti di mulut. Namun menjadi cahaya dari mentari dan sinar purnama seluruhnya.

Rembulan dan matahari akan tersipu malu.
Karena cahayanya tak sebanding dengan sinar mata Layla.

Bila ia berkedip, maka bintang kejora akan menyembunyikan diri.
Tidak akan lagi tercipta gadis seperti dia.

Dan aku ciptakan hanya untuk dia.
Kata-kata pujian yang kuucapkan.
Bagai sebutir pasir di gurun sahara.
Tak sebanding dengan kecantikannya.

Karena segala kata pujian yang dimiliki jin dan manusia. Tak sebanding dengan pesonanya.

Dia diberi nikmat, dengan segala kebaikan.
Bila ia hendak berjalan ke sebuah bukit.
Maka seakan bukit itulah yang akan mendekat padanya.

Karena sang bukit tidak ingin melihat gadis itu dihinggapi kelelahan.

Kedua :
Adakah malam bisa menyatukan diriku dengan Layla?

Atau biarkan angin malam menyebut namanya.
Sebagai ganti pesona tubuhnya.

Karena sama saja bagiku
Melihat Layla atau menatap purnama.

(Buku Laila Majnun, Bab VI, hlm. 69-70, inilah syair yang dibacakan oleh Ishaq kepada Layla. Syair ini didengar langsung dari mulut Qays ketika dalam perjalanannya ia bertemu di padang pasir bersama binatang buas. Dituturkan bahwa Qays tampak letih dan menderita, namun saat disebut nama Layla, jiwanya kembali bersemangat. dikatakan oleh Ishaq bahwa saat membacakan syair ini, Qays seperti sedang dilanda sakit parah, tubuhnya seolah tidak lagi memiliki tulang sendi, matanya menyiratkan ketakutan dan kekhawatiran).