By. Ahmad Sarwat, Lc.MA
1. Ujian Pertama
Ketika di Yaman dituduh Syiah, lalu ditangkap dan digelandang di hadapan khalifah Harun Ar-Rasyid. Nyaris kepala lepas dari badan.
Untungnya dibela oleh penasehat khalifiah, Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani, yang juga ulama senior dalam mazhab Hanafi.
2. Ujian Kedua
Ujian kesabaran yang kedua difitnah seolah-olah linglung, karena punya dua qaul, qadim dan jadid. Seolah tidak punya prinsip.
Ejekannya tuh sangar merendahkan sekali. Ngaku-ngaku jadi ulama, ternyata tidak punya prinsip, ragu-ragu dan plin-plan.
Sampai-sampai mazhabnya kudu ditahqiq ulang oleh para pengikutnya, untuk menutupi catat dan cela yang menganga.
3. Ujian Ketiga
Ujian ketiga dituduh tidak mengerti hadits Shahih dan mazhabnya dicemooh sebagai mazhab yang rajin pakai hadits dhaif.
Makanya nyerah dan bilang,"Pokoknya kalau ada hadits shahih, tinggalkan mazhabku, pakai yang shahih".
4. Ujian Keempat Untuk Pemeluk Mahzab
Lalu kita yang bermazhab Syafi'i ikut kena getahnya juga, ditolol-tololin, dibego-begoin, dicibir dan dianggap ngelantur.
Imam Syafi'inya saja sudah ngaku 'salah' dan kembali ke hadits shahih, kenapa kalian masih saja jadi ahlul bid'ah.
Maka resmi lah kita ini dianggap kaum yang bodoh bin bahlul. Lantas harus didakwahi, dinasehati, ditahdzir dan kalau perlu diperangi.
Tinggalkan mazhab-mazhab itu, karena hanya hasil rekayasa karangan manusia. Dan tokohnya sudah tobat bertekuk lutut dengan keshohihan hadits.
Yang wajib diikuti hanya sunnah Nabi, bukan mazhab.
* * *
Sengaja tulisan ini tidak saya selesaikan dulu dengan jawabannya. Maksudnya biar antum saja yang menjawab fitnah dan tuduhan di atas.
Sebenarnya saya yakin antum para pembaca ini yang sudah berlevel ulama, ilmu banyak, cuma pada terlalu tawadhu'. Jadi jarang komen dalam bentuk tulisan.
Jadi sekarang tulislah jawabannya disini. Bismillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar