Syair pujian untuk a'la dari majnun.
Pertama :
Bila bulan purnama tenggelam.
Atau matahari terlambat terbit.
Maka cahaya wajah Layla akan menggantikan sinarnya.
Maka cahaya wajah Layla akan menggantikan sinarnya.
Senyumnya bukan hanya berhenti di mulut. Namun menjadi cahaya dari mentari dan sinar purnama seluruhnya.
Rembulan dan matahari akan tersipu malu.
Karena cahayanya tak sebanding dengan sinar mata Layla.
Bila ia berkedip, maka bintang kejora akan menyembunyikan diri.
Tidak akan lagi tercipta gadis seperti dia.
Dan aku ciptakan hanya untuk dia.
Kata-kata pujian yang kuucapkan.
Bagai sebutir pasir di gurun sahara.
Tak sebanding dengan kecantikannya.
Karena segala kata pujian yang dimiliki jin dan manusia. Tak sebanding dengan pesonanya.
Dia diberi nikmat, dengan segala kebaikan.
Bila ia hendak berjalan ke sebuah bukit.
Maka seakan bukit itulah yang akan mendekat padanya.
Maka seakan bukit itulah yang akan mendekat padanya.
Karena sang bukit tidak ingin melihat gadis itu dihinggapi kelelahan.
Kedua :
Adakah malam bisa menyatukan diriku dengan Layla?
Atau biarkan angin malam menyebut namanya.
Sebagai ganti pesona tubuhnya.
Karena sama saja bagiku
Melihat Layla atau menatap purnama.
(Buku Laila Majnun, Bab VI, hlm. 69-70, inilah syair yang dibacakan oleh Ishaq kepada Layla. Syair ini didengar langsung dari mulut Qays ketika dalam perjalanannya ia bertemu di padang pasir bersama binatang buas. Dituturkan bahwa Qays tampak letih dan menderita, namun saat disebut nama Layla, jiwanya kembali bersemangat. dikatakan oleh Ishaq bahwa saat membacakan syair ini, Qays seperti sedang dilanda sakit parah, tubuhnya seolah tidak lagi memiliki tulang sendi, matanya menyiratkan ketakutan dan kekhawatiran).