Wahai Adinda, Dirimu itu seperti nun mati dalam tanwin. Tidak nampak ketika ditulis, hanya tertulis dengan dua dhommah, dua fathah atau dua kasroh tetapi terbaca ketika di ucapkan.
Engkau tidak nampak dihadapanku dan aku tidak bisa melihatmu tetapi namamu selalu kubaca dan kusebut dalam doa dan wiridku dengan penuh kemesraan. Mesraku bukan dengan menyentuh jasad jasmanimu. Mesraku berupa anak panah doa kepada Tuhanku untuk menancapkan kerinduan di ulu hatimu.
Baca juga Filosofi Nahwu Shorof Kaidah I'lal " Aku Terbuang Demi Dia "
Wahai Adinda, Sebuah lagu kupersembahkan untukmu.
KOSONG
Kamu seperti hantu
Terus menghantui aku
Kemana pun tubuhku pergi
Kau terus membayangi aku
Salahku biarkan kamu
Bermain dengan hatiku
aku tak bisa memusnahkan
Kau dari pikiranku.. ini..
Reff
Didalam keramaian aku masih merasa sepi
Sendiri memikirkan kamu
Kau genggam hatiku
Dan kau tuliskan namamu
Kau tulis namamu...
Tubuhku ada di sini
Tetapi tidak jiwaku
Kosong yang hanya kurasakan
Kau telah tinggal di hatiku.
Wahai Adinda, Percayalah aku disini selalu menyebut namamu dalam tiap-tiap doaku. Engkau tidak perlu menampakan dirimu dihadapanku karena aku selalu mempercayaimu.
Note :
Tanwin (bahasa Arab: التنوين, "at tanwiin") adalah tanda baca/diakritik/harakat pada tulisan Arab untuk menyatakan bahwa huruf pada akhir kata tersebut diucapkan layaknya bertemu dengan huruf nun mati.
[ Wikipedia ]
Tanwin adalah Nun sukun yang tidak tertulis tapi terucap di akhir isim nakirah dan tertulis dengan dua dhammah, dua fathah atau dua kasrah.
Contoh :
جاء رجل : Seorang lelaki telah datang
رايت رجلا : Aku melihat seorang lelaki
مررت برجل : Aku Melewati seorang lelaki
[ Kitab Mulakhos Hal. 26 ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar